![]() |
Sejarah Kerajaan Tulang Bawang |
Sejarah Kerajaan Tulang Bawang Beserta Penjelasan Mengenai Kerajaan Tulang Bawang Terlengkap
Selamat
Datang di Web Pendidikan edukasinesia.com
Hallo
sobat Edukasi Lovers, senang sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat
membagikan artikel untuk menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers
semua. Artikel yang akan saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Sejarah Kerajaan Tulang
Bawang Beserta Penjelasan Mengenai Kerajaan Tulang
Bawang Terlengkap
![]() |
Sejarah Kerajaan Tulang Bawang |
Dari sumber-sumber sejarah
Cina, kerajaan awal yang terletak di daerah Lampung adalah kerajaan yang disebut
Bawang atau Tulang Bawang. Berita Cina tertua yang berkenaan dengan daerah
Lampung berasal dari abad ke-5,yaitu dari kitab Liu-sung-Shu, sebuah kitab
sejarah dari masa pemerintahan Kaisar Liu Sung (420-479).Kitab ini di antaranya
mengemukakan bahwa pada tahun 499 M sebuah kerajaan yang terletak di wilayah
Nusantara bagian barat bernama P’u-huang atau P’o-huang mengirimkan utusan dan
barang-barang upeti ke negeri Cina. Lebih lanjut kitab Liu-sung-Shu mengemukakan
bahwa Kerajaan P’o-huang menghasilkan lebih dari 41 jenis barang yang
diperdagangkan ke Cina.
Hubungan diplomatik dan perdagangan antara P’o-huang dan
Cina berlangsung terus sejak pertengahan abad ke-5 sampai abad ke-6,seperti
halnya dua kerajaan lain di Nusantara yaitu Kerajaan Ho-lo-tan dan Kan-t’o-li.
Dalam sumber sejarah Cina yang lain, yaitu
Kitab T’ai-p’ing-huang-yu-chi yang ditulis pada tahun 976-983 M, disebutkan
sebuah kerajaan bernama T’o-lang-p’p-huang yang oleh G.Ferrand disarankan untuk
diidentifikasikan dengan Tulang Bawang yang terletak di daerah pantai tenggara
Pulau Sumatera,di selatan sungai Palembang (Sungai Musi). L.C. Damais menambahkan
bahwa lokasi T’o-lang P’o-huang tersebut terletak di tepi pantai seperti dikemukakan di dalam
Wu-pei-chih,”Petunjuk Pelayaran”.
Namun, di samping itu Damais kemudian
memberikan pula kemungkinan lain mengenai lokasi dan identifikasi P’o-huang
atau ”Bawang” itu dengan sebuah nama tempat bernama Bawang (Umbul Bawang) yang
sekarang terletak di daerah Kabupaten Lampung Barat, yaitu di daerah Kecamatan
Balik Bukit di sebelah utara Liwah. Tidak jauh dari desa Bawang ini, yaitu di
desa Hanakau, sejak tahun 1912 telah ditemukan sebuah inskripsi yang dipahatkan
pada sebuah batu tegak, dan tidak jauh dari tempat tersebut dalam beberapa waktu
tahun terakhir ini masih ditemukan pula tiga buah inskripsi batu yang lainnya.
1.Sejarah Kerajaan Tulang Bawang
![]() |
Sejarah Kerajaan Tulang Bawang |
Kerajaan
Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang
pernah berdiri di Lampung. Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung sekarang. Tidak banyak catatan sejarah yang
memberikan keterangan mengenai kerajaan ini. Musafir Tiongkok yang
pernah mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing yang
merupakan seorang peziarah Buddha, dalam catatannya menyatakan pernah singgah di To-Lang
P'o-Hwang ("Tulangbawang"), suatu kerajaan di
pedalaman Chrqse (Pulau Sumatera). Namun
Tulangbawang lebih merupakan satu Kesatuan Adat. Tulang Bawang yang pernah
mengalami kejayaan pada Abad ke VII M. Sampai saat ini belum ada yang bisa
memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding
memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang
(antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih
dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.
Seiring
dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie (Sriwijaya),
nama Kerajaan Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada catatan sejarah mengenai
kerajaan ini yang ada adalah cerita turun temurun yang diketahui oleh
penyimbang adat, namun karena Tulang Bawang menganut adat Pepadun, yang
memungkinkan setiap khalayak untuk berkuasa dalam komunitas ini, maka Pemimpin
Adat yang berkuasa selalu berganti ganti Trah. Hingga saat ini belum
diketemukan benda benda arkeologis yang mengisahkan tentang alur dari kerajaan
ini.
Kerajaan
Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara. Tidak
banyak catatan sejarah yang mengungkap fakta tentang kerajaan ini. Sebab,
ketika Che-Li-P‘o Chie (Kerajaan Sriwijaya) berkembang, nama
dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang justru pudar. Menurut catatan Tiongkok
kuno, sekitar pertengahan abad ke-4 pernah ada seorang Bhiksu dan peziarah
bernama Fa-Hien (337-422), ketika melakukan pelayaran ke India dan Srilangka,
terdampar dan pernah singgah di sebuah kerajaan bernama To-Lang
P‘o-Hwang(Tulang Bawang), tepatnya di pedalaman Chrqse (Sumatera).
Sumber
lain menyebutkan bahwa ada seorang pujangga Tiongkok bernama I-Tsing yang
pernah singgah di Swarna Dwipa (Sumatera). Tempat yang disinggahinya
ternyata merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya. Ketika itu, ia sempat
melihat daerah bernama Selapon. Ia kemudian memberi nama daerah itu
dengan istilah Tola P‘ohwang. Sebutan Tola P‘ohwang diambil
dari ejaan Sela-pun. Untuk mengejanya, kata ini di lidah sang
pujangga menjadi berbunyi so-la-po-un. Orang China umumnya berasal
dari daerah Ke‘. I-Tsing, yang merupakan pendatang dari China
Tartar dan lidahnya tidak bisa menyebutkan So, maka ejaan yang
familiar baginya adalah To. Sehingga, kata solapun atau selapon disebutkan
dengan sebutan Tola P‘ohwang. Lama kelamaan, sebutan itu
menjadi Tolang Powang atau kemudian menjadi Tulang
Bawang.
Kerajaan
Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan Melayu dan Kerajaan
Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan Sriwijaya, pengaruh ajaran agama
Hindu sangat kuat. Orang Melayu yang tidak dapat menerima ajaran tersebut,
sehingga mereka kemudian menyingkir ke Skala Brak. Namun, ada sebagian orang
Melayu yang menetap di Megalo dengan menjaga dan mempraktekkan budayanya
sendiri yang masih eksis. Pada abad ke-7, nama Tola P‘ohwang diberi
nama lain, yaitu Selampung, yang kemudian dikenal dengan nama
Lampung.
Hingga
kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di mana pusat Kerajaan
Tulang Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W. Naarding memperkirakan
pusat kerajaan ini terletak di Way Tulang Bawang, yaitu antara Menggala dan
Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar radius 20 km dari pusat Kota Menggala. Jika
ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini terletak di Kabupaten Tulang
Bawang, Provinsi Lampung
Sekitar
abad ke-15, Kota Manggala dan alur Sungai Tulang Bawang dikenal sebagai pusat
perdagangan yang berkembang pesat, terutama dengan komoditi pertanian lada
hitam. Konon, harga lada hitam yang ditawarkan kepada serikat dagang kolonial
Belanda atau VOC (Oost–indische Compagnie) lebih murah dibandingkan
dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang-pedagang Banten. Oleh karenanya,
komoditi ini amat terkenal di Eropa. Seiring dengan perkembangan zaman, Sungai
Tulang Bawang menjadi dermaga “Boom” atau tempat bersandarnya
kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru Nusantara. Namun, cerita tentang
kemajuan komoditi yang satu ini hanya tinggal rekaman sejarah saja.
Kerajaan
Tulang Bawang tidak terwariskan menjadi sistem pemerintahan yang masih
berkembang hingga kini. Nama kerajaan ini kemudian menjadi nama Kabupaten
Tulang Bawang, namun sistem dan struktur pemerintahannya disesuaikan dengan
perkembangan politik modern.
2.Periode Pemerintahan
Oleh
karena tidak banyaknya catatan sejarah yang mengungkap fakta lebih dalam lagi
seputar Kerajaan Tulang Bawang, maka data tentang periode pemerintahannya pun
masih dalam proses pengumpulan.
3.Wilayah Kekuasaan
Kekuasaan
Kerajaan Tulang Bawang mencakup wilayah yang kini lebih dikenal dengan Provinsi
Lampung.
4.Struktur Pemerintahan
Struktur
pemerintahan Kerajaan Tulang Bawang belum didapat datanya. Berikut ini akan
dibahas tentang bagaimana sistem pemerintahan daerah Tulang Bawang pada masa
pra-kemerdekaan, yaitu ketika daerah ini menjadi bagian dari pemerintahan
Hindia Belanda. Pada tanggal 22 November 1808, pemerintahan Kesiden Lampung
ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda berada di bawah pengawasan langsung
Gubernur Jenderal Herman Wiliam. Hal ini berakibat pada penataan ulang pemerintahan
adat yang kemudian dijadikan alat untuk menarik simpati masyarakat. Pemerintah
Hindia Belanda di bawah kekuasaan Gubernur Jenderal Herman Wiliam kemudian
membentuk Pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Kepala Marga (Kebuayan).
Wilayah Tulang Bawang dibagi ke dalam tiga kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay
Tegamoan, dan Buay Umpu. Pada tahun 1914, dibentuk kebuayan baru, yaitu Buay
Aji.
Namun,
sistem ini tidak berjalan lama karena pada tahun 1864 mulai dibentuk sistem
Pemerintahan Pesirah berdasarkan Keputusan Kesiden Lampung No. 362/12 tanggal
31 Mei 1864. Sejak saat itu, pembangunan berbagai fasilitas yang menguntungkan
kepentingan Hindia Belanda mulai dibangun, termasuk di Tulang Bawang. Ketika
Kesiden Lampung dijajah oleh Jepang, tidak banyak hal yang berubah. Setelah
Indonesia merdeka, Lampung ditetapkan sebagai keresidenan dalam wilayah
Provinsi Sumatera Selatan. Setelah Indonesia merdeka, banyak terjadi perubahan
sistem pemerintahan Lampung. Bahkan, sejak pemekaran wilayah provinsi marak
terjadi di era otonomi daerah, Lampung ditetapkan sebagai wilayah provinsi yang
terpisah dari Provinsi Sumatera Selatan. Sejak saat itu, status Menggala
ditetapkan sebagai Kecamatan Menggala di bawah naungan Provinsi Lampung Utara.
Sejarah
Kabupaten Tulang Bawang tidak berdiri begitu saja, melainkan melalui proses
pertemuan penting antara sesepuh dan tokoh masyarakat bersama dengan pemerintah
yang diadakan sejak tahun 1972. Pertemuan tersebut merencanakan pembentukan
Provinsi Lampung menjadi sepuluh kabupaten/kota. Pada tahun 1981, Pemerintah
Provinsi Lampung kemudian membentuk delapan Lembaga Pembantu Bupati, yang salah
satunya adalah Bupati Lampung Utara Wilayah Menggala. Berdasarkan Keputusan
Menteri Dalam Negeri No.821.26/502 tanggal 8 Juni 1981, dibentuk wilayah kerja
Pembantu Bupati Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Utara Wilayah
Provinsi Lampung.
Melalui
proses yang begitu panjang, akhirnya keberadaan Kabupaten Tulang Bawang
diputuskan melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 Maret 1997.
Sebagai tindak lanjutnya, keputusan tersebut dikembangkan dalam UU No. 2 Tahun
1997 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tulang Bawang dan Kabupaten Tingkat
II Tagamus.
5.Kehidupan Sosial-Budaya
Ketika
ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat Tulang Bawang masih
tradisional. Meski demikian, mereka sudah pandai membuat kerajinan tangan dari
logam besi dan membuat gula aren. Dalam perkembangan selanjutnya, kehidupan
masyarakat Tulang Bawang juga masih ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus
bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu
pusat perdagangan di Nusantara. Pada saat itu, komoditi lada hitam merupakan
produk pertanian yang sangat diunggulkan. Deskripsi tentang kehidupan
sosial-budaya masyarakat Tulang Bawang lainnya masih dalam proses
Demikianlah
Artikel lengkap yang berjudul Sejarah Kerajaan Tulang Bawang Beserta
Penjelasan Mengenai Kerajaan Tulang Bawang Terlengkap. Semoga dapat bermanfaat
bagi Sobat Edukasi Lovers semuanya. Jika
artikel ini bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan
membagikan artikel ini untuk menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih
baik. Jika ada permintaan, pertanyaan, kritik, maupun saran, silahkan berikan
komentar sobat semua di kolom komentar di bawah ini.
Terima Kasih…
Salam Edukasi…