10 Konsep-Konsep Dasar (Esensial) Geografi Beserta
Penjelasannya Terlengkap
![]() |
10 Konsep Dasar (Esensial) Geografi |
Selamat Datang
di Web Pendidikan www.edukasinesia.com
Hallo sobat Edukasi Lovers, senang
sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat membagikan artikel untuk
menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers semua. Artikel yang akan
saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul 10 Konsep-Konsep Dasar (Esensial) Geografi Beserta
Penjelasannya Terlengkap
![]() |
Konsep Geografi |
Konsep dasar geografi merupakan konsep
yang paling penting dalam menggambarkan struktur ilmu ataupun hakikat suatu
ilmu. Konsep-Konsep geografi merupakan pengertian dasar yang menyusun batang
tubuh ilmu geografi. Konsep geografi berupa rancangan atau gambaran
objek, proses, atau apapun yang berkaitan dengan ilmu geografi. Getrude Whiple
(dalam Sumaatmaja,1981),menyodorkan lima konsep yang harus selalu ditemukan
keterkaitan setidaknya antara penyebaran, relasi, fungsi, bentuk, dan proses
terjadinya. Konsep tersebut yaitu sebagai berikut:
a)
Bumi
sebagai planet
b)
Variasi
cara hidup
c)
Variasi
wilayah alamiah
d)
Makna
wilayah bagi manusia
e)
Arti
penting lokasi dalam memahami peristiwa dunia.
Sedangkan menurut seorang ahli geografi
Indonesia yang bernama Daldjoeni mengemukakan konsep dasar geografi, antara lain
sebagai berikut:
a)
Penghargaan
atau pandangan budaya di atas bumi
b)
Konsep
regional
c)
Pertautan
wilayah (area coherence)
d)
Interaksi
keruangan
e)
Lokalisasi
f)
Pentingnya
arti skala
g)
Konsep
perubahan
Sedangkan menurut Ikatan Geografi
Indonesia (IGI) dalam mengkaji objek materiil (materi yang dipelajari) dan
memahami geografi sebaiknya menggunakan sepuluh metode atau konsep dasar. Konsep
dasar tersebut adalah konsep lokasi, konsep jarak, konsep keterjangkauan, konsep
pola, konsep morfologi, konsep aglomerasi, konsep nilai kegunaan, konsep interaksi
dan interdependensi, konsep deferensiasi areal, serta konsep keterkaitan sosial.
1. Konsep
Lokasi
![]() |
Konsep Lokasi |
Konsep lokasi
atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah
menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi. Konsep letak juga merupakan
jawaban atas pertanyaan pertama dalam geografi, yaitu “dimana”.Konsep lokasi
dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.
1)
Lokasi
absolut
Lokasi absolut merupakan letak atau tempat yang dilihat dari garis lintang dan garis bujur
(garis astronomis).Lokasi absolut keadaannya tetap dan tidak dapat berpindah
karena pedomannya pada garis astronomis bumi. Perbedaan garis astronomis
menyebabkan perbedaan iklim (garis lintang) dan perbedaan waktu (garis bujur).
Lokasi absolut misalnya berdasarkan gambar
peta wilayah Indonesia, lokasi absolut Indonesia terletak di antara 6° LU - 11° LS sampai 95° BT -141° BT. Dari letak absolut
tersebut, dapat dijelaskan bahwa lokasi paling utara negara Indonesia terletak
di 6° LU (Pulau Mianggas, Sulawesi
Utara),dan lokasi paling selatan terletak di 11° LS (Pulau Rote, Nusa
Tenggara Timur).
2)
Lokasi
Relatif
Lokasi relatif merupakan posisi sesuatu berdasarkan
kondisi dan situasi daerah di sekitarnya. Kondisi dan situasi dapat berupa kondisi
fisik, sosial, budaya, ekonomi, maupun keberadaan sarana transportasi dengan daerah
sekitarnya.
Lokasi atau letak relatif dapat berubah sesuai sudut pandang penggunaannya
karena digambarkan melalui objek-objek yang diberi nama, misalnya nama
benua, samudra, pulau, laut, dan sebagainya. Misalnya lokasi relatif Indonesia di
antara dua benua, yakni benua Asia dan Australia, serta di antara dua
samudra, yakni samudra Hindia dan Pasifik.
2. Konsep
Jarak
![]() |
Konsep Jarak |
Jarak sebagai
konsep geografi mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, ataupun
kepentingan pertahanan. Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami
meskipun arti pentingnya bersifat relatif, sejalan
dengan kemajuan kehidupan dan teknologi. Dalam geografi dibedakan antara dua
jenis jarak yakni jarak absolut dan jarak relatif.
1)
Jarak
Absolut
Jarak absolut
merupakan ruang atau sela antara dua lokasi yang digambarkan atau dijelaskan
melalui ukuran panjang dalam satuan ukuran meter, kilometer, dan sebagainya. Jarak
absolut merupakan jarak yang tetap dan tidak
dapat berubah-ubah. Misalnya jarak antara Bandung dan Jakarta adalah 150
km. Jarak tersebut diukur memanjang dari
titik A (Bandung) dan titik B (Jakarta) dan dihitung dengan satuan kilometer.
2)
Jarak
Relatif
Jarak relatif
merupakan jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu atau lamanya
perjalanan. Misalnya jarak antara Jakarta ke Bandung di tempuh dalam waktu dua
jam melewati Tol Purbaleunyi. Jarak relatif tersebut akan berbeda apabila
perjalanan tersebut tidak melalui jalan tol Purbaleunyi atau jika lalu lintas
jalan tol sedang macet.
3. Konsep
Keterjangkauan
Keterjangkauan
dalam bahasa inggris disebut “accessability”. Keterjangkauan merupakan tingkat
kemudahan untuk menjangkau suatu tempat yang ditentukan oleh sarana yang
digunakan, alat komunikasi yang digunakan dan sebagainya. Konsep ini tidak selalu
berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada
tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Dengan
demikian, konsep keterjangkauan ini terkait dengan kemudahan untuk
dijangkau.
Kemudahan untuk dijangkau ditentukan oleh kondisi medan, prasarana
jalan, dan ketersediaan angkutan. Jarak berpengaruh jika medannya sulit
dijangkau. Suatu tempat dapat dikatakan dalam keadaan terasing atau terisolasi
jika tempat itu sukar dijangkau dari tempat-tempat lain. Rintangan medan berupa
adanya kondisi fisik bumi, misalnya pegunungan tinggi, hutan lebat, rawa-rawa atau
gurun pasir yang luas merupakan penyebab suatu tempat kurang dapat dijangkau dari
tempat-tempat lain.
Penduduk di pulau Jawa lebih padat dan maju dibanding dengan
kawasan Kalimantan yang dikelilingi rawa-rawa dan hutan lebat. Wilayah Papua
paling tertinggal dibandingkan dengan kebanyakan kawasan Indonesia lainnya. Hal
ini dikarenakan reliefnya kasar dan banyak suku hidup secara terisolasi satu
terhadap yang lain. Faktor sosial yang berupa bahasa, adat istiadat, serta sikap
penduduk yang berlainan (mencurigai setiap orang asing sebagai musuh) dapat
menjadi faktor penyebab kurang terjangkaunya suatu tempat.
Keterjangkauan
umumnya juga berubah akibat perkembangan perekonomian dan kemajuan
teknologi. Sebaliknya, tempat-tempat yang keterjangkauannya sangat rendah, sulit
mencapai kemajuan dan mengembangkan perekonomiannya.
4. Konsep Pola
Pola merupakan pola
keteraturan fenomena geosfer sebagai akibat interaksi antarkomponen yang
ada, seperti pola aliran sungai, pola pemukiman penduduk, dan lain-lain. Misalnya
pola pemukiman di kota besar di Indonesia dibangun berhimpitan.
Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, atau
persebaran fenomena dalam ruang muka bumi, baik fenomena yang bersifat alami (aliran
sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan) maupun fenomena sosial
budaya (permukiman, persebaran penduduk, mata pencaharian, dan jenis rumah
tinggal).
Geografi mempelajari pola-pola bentuk dan persebaran fenomena, untuk
memahami makna atau artinya, serta berupaya untuk memanfaatkan dan
mengintervensi atau memodifikasi pola-pola yang ada agar mendapatkan manfaat
yang lebih besar.
5. Konsep Morfologi
Konsep morfologi
menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau
penurunan wilayah (secara geologi).Bentuk muka bumi (relief muka bumi) dapat
berbentuk dataran luas, deretan pegunungan dengan lereng-lereng
tererosi, lembah-lembah, dan dataran alluvial. Kajian morfologi berkaitan dengan
bentuk lahan (landform),proses-proses yang mengiringi (erosi, sedimentasi dan
deposisi),serta faktor-faktor yang memengaruhinya, seperti kondisi geologi, tebal
tanah, iklim, ketersediaan air, penggunaan lahan, serta jenis vegetasi yang
dominan.
Bentuk daratan dengan kemiringan tidak lebih dari 5 derajat merupakan
perwujudan wilayah yang mudah digunakan sebagai daerah permukiman dan usaha
pertanian serta usaha perekonomian lainnya. Apabila diperhatikan peta persebaran
penduduk di Asia, ternyata penduduk yang padat terpusat di lembah-lembah sungai
besar dan tanah datar yang subur.
Sebaliknya, wilayah pegunungan tinggi dengan
lereng-lereng terjal yang mempunyai keterjangkauan sangat terbatas, lazimnya
merupakan wilayah yang jarang penduduknya, bahkan tidak didiami manusia.
Morfologi menggambarkan perwujudan
ketampakan dataran muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah
dan erosi sebagai hasil kerja tenaga endogen dan ekosgen. Morfologi daratan
berbentuk kepulauan, pulau, dataran tinggi, dataran pantai, lembah-lembah,dan
dataran alluvial.
6.
Konsep Aglomerasi (Mengelompok)
![]() |
Konsep Aglomerasi |
Konsep
aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok pada
suatu wilayah yang relatif sempit karena saling menguntungkan, baik yang
berkaitan dengan kesejenisan maupun faktor-faktor umum yang menguntungkan. Dalam
geografi dikenal istilah aglomerasi industri, yaitu pemusatan industri di suatu
kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolaannya dapat optimal.
Contohnya
industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan dibangun di suatu
tempat yang berdekatan dengan pusat permukiman penduduk; industri berat yang
memerlukan bahan mentah, seperti batubara dan besi baja, penentuan lokasi
pabriknya cenderung mendekat sumber bahan mentah. Aglomerasi industri ini dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yakni aglomerasi primer dan aglomerasi sekunder.
Aglomerasi
primer adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan
perusahaan lama yang sudah terdapat di wilayah aglomerasi; dan aglomerasi
sekunder adalah jika perusahaan yang baru beroperasi merupakan perusahaan yang
memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama atau yang
sudah ada dalam wilayah aglomerasi.
Dengan adanya istilah aglomerasi, yaitu
pengelompokan, maka ada pula istilah deglomerasi, yaitu suatu kecenderungan
perusahaan untuk memilih lokasi usaha yang terpisah dari kelompok lokasi
perusahaan lain.
Pemicu lahirnya perusahaan-perusahaan yang melakukan
deglomerasi adalah
1)
Upah buruh yang semakin meningkat di daerah padat
industri
2)
Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah
banyak dipakai untuk perumahan dan kantor pemerintah.
3)
Harga tanah yang semakin tinggi di daerah yang telah
padat
4)
Sarana dan prasarana di daerah lain semakin baik namun
harga tanah dan upah buruh masih rendah.
7.
Konsep Nilai Kegunaan
![]() |
Konsep Nilai Kegunaan |
Fenomena
nilai kegunaan atau sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif, artinya tidak
sama bagi setiap orang atau golongan penduduk. Daerah pantai berpasir yang
landai dengan perairan jernih belum
tentu memiliki kegunaan yang besar bagi penduduk setempat. Apalagi, jika kehidupan
penduduk tersebut berorientasi pada pemanfaatan sumber-sumber di daratan dan
banyak jalan darat yang dapat ditempuh.
Sebaliknya, bagi masyarakat kota yang
hidup berkecukupan, daerah pantai bagi sebagian orang memiliki nilai kegunaan
yang tinggi, yaitu sebagai tempat rekreasi dan pariwisata. Pusat kota umumnya
memiliki nilai kegunaan yang tinggi bila dibandingkan dengan daerah pinggiran
yang jauh dari pusat-pusat kegiatan perekonomian, pusat pemerintahan, dan
terisolasi.
8.
Konsep Interaksi dan Interdependensi
![]() |
Konsep Interaksi dan Interdependensi |
Interaksi
merupakan peristiwa yang saling memengaruhi antara objek atau tempat satu
dengan yang lain. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang
tidak selalu sama dengan kondisi yang ada di tempat atau wilayah lain. Oleh
karena itu, senantiasa terjadi interaksi atau bahkan interdependensi antara yang
satu dan yang lain.
Daerah pedesaan memproduksi hasil-hasil pertanian, dan daerah
perkotaan memproduksi barang industri dan jasa. Akibatnya terjadi interaksi
antara penduduk yang berada di daerah pedesaan dengan penduduk yang berada di
daerah perkotaan. Selanjutnya antara wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan
tidak hanya terjadi interaksi tetapi interdependensi (saling tergantung dan
saling membutuhkan).
Wilayah kota membutuhkan bahan mentah untuk bahan baku industri dari pedesaan dan
wilayah pedesaan membutuhkan hasil industri, teknologi, jasa transportasi dan
keuangan dari wilayah perkotaan. Interaksi keruangan juga terjadi antara unsur
atau fenomena setempat, baik antarfenomena alam maupun kehidupan. Interaksi
antara endapan pasir yang diangkut air sungai dengan hempasan gelombang
(ombak).
9.
Konsep Deferensiasi Areal
Konsep
ini menunjukkan adanya perbedaan antara
satu tempat dengan tempat lain, atau satu wilayah dengan wilayah yang lain. Di
setiap tempat atau wilayah, terwujud hasil integrasi berbagai unsur atau
fenomena lingkungan baik bersifat alam maupun kehidupan.
Integrasi
fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah mempunyai corak tersendiri
sebagai region yang berbeda dari tempat atau wilayah yang lain. Unsur atau
tempat fenomena lingkungan bersifat dinamis. Sementara itu, keadaan berubah dan
interaksi atau integrasi juga menghasilkan karakteristik yang berubah dari
waktu ke waktu.
Wilayah pedesaan mempunyai corak khas berupa
persawahan, kehidupan petani yang masih tradisional, serta beraneka ragam
pekarangan. Hal ini memiliki perbedaan dengan wilayah perkotaan. Bahkan, di
pedesaan juga terdapat perbedaan antara desa satu dengan yang lain karena
fenomena atau unsur-unsur yang mewujudkannya tidak sama.
Fenomena yang berbeda
dari satu tempat dengan tempat yang lainnya itu menyangkut dengan jarak yang
dekat, sedang, atau jauh dari jalan; perumahan yang padat, sedang, atau jarang
penduduknya; harga tanah atau rumah yang murah, sedang, dan mahal; pendapatan
penduduk yang rendah, sedang, dan tinggi. Perbedaan juga berkaitan dengan
kepadatan penduduk, mata pencaharian penduduk, jenis tanah, jenis vegetasi, sumber
air, dan lain-lain. Dengan demikian, fenomena yang berbeda dapat berasal dari
unsur-usur fisik alam maupun kondisi sosial kemanusiaan.
10.
Konsep Keterkaitan Keruangan
Konsep
keterkaitan keruangan atau asosiasi
keruangan menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan
fenomena yang lain di suatu tempat atau ruang, baik yang menyangkut fenomena di
suatu tempat atau ruang, baik yang menyangkut fenomena
alam, tumbuh-tumbuhan, maupun sosial kemanusiaan. Peristiwa banjir berkaitan
dengan hujan deras di daerah hulu sungai.
Daerah hulu sungai yang kondisinya
kurang terawat (rusak),yang dicirikan oleh makin berkurangnya luas hutan, makin
berkurangnya vegetasi penutup tanah, banyaknya bangunan, vila atau rumah
hunian. Akibatnya sebagian besar air hujan tidak meresap ke dalam tanah, tetapi
mengalir di permukaan tanah. Oleh karena besarnya volume air hujan yang masuk ke
alur sungai, menyebabkan alur sungai di daerah hilir tidak mampu menampung
aliran air dan terjadilah banjir.
Contoh di atas tersebut menunjukkan bahwa
fenomena geografi (banjir) berkaitan dengan curah hujan yang deras di daerah
hulu sungai yang telah rusak karena berbagai faktor. Daerah yang rusak terdapat di bagian hulu sungai
(DAS hulu),tetapi yang terkena banjir adalah di bagian hilir sungai (DAS
Hilir).Dengan demikian ada keterkaitan keruangan antara DAS bagian hulu dan DAS
bagian hilir dalam kaitannya dengan peristiwa banjir. Contoh kedua, pada musim
kemarau banyak pihak di Sumatra dan Kalimantan yang membakar hutan atau lahan
gambut atau hutan rakyat untuk diubah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit
atau sekadar membersihkan semak-semak. Akibatnya, terjadi kabut asap yang menyebar ke berbagai wilayah sehingga
mengganggu penerbangan, kesehatan, hingga sekolah-sekolah diliburkan.
Demikianlah Artikel lengkap yang
berjudul 10 Konsep-Konsep Dasar (Esensial) Geografi Beserta Penjelasannya Terlengkap. Semoga dapat bermanfaat
bagi Sobat Edukasi Lovers semuanya. Jika
artikel ini bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan
membagikan artikel ini untuk menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih
baik. Jika ada permintaan, pertanyaan, kritik, maupun saran, silahkan berikan
komentar sobat semua di kolom komentar di bawah ini.
Terima Kasih
Salam Edukasi…