Sejarah Perjalanan Panjang Perumusan Teks Poklamasi Hingga Pagi
Selamat Datang di Web Pendidikan edukasinesia.com
Hallo sobat Edukasi
Lovers,senang sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat membagikan
artikel untuk menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers
semua.Artikel yang akan saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Sejarah
Perjalanan Panjang Perumusan Teks Poklamasi Hingga Pagi
Berikut Ini Pembahasan
Selengkapnya:
Setelah para pemuda
golongan muda melepas para tokoh golongan tua pada peristiwa penculikan ke
Rengasdengklok.Rombongan kemudian menuju ke kediaman Nishimura di Jakarta.Kepada Nishimura,Sukarno
menyampaikan rencana rapat persiapan pelaksanaan kemerdekaan
Indonesia.Nishimura menolak memberi bantuan dengan alasan sudah mendapat
perintah dari pihak Serikat untuk tidak
mengubah status dan keadaan di Indonesia.Dengan jawaban tersebut Sukarno
berkesimpulan bahwa tidak mungkin lagi mengharap bantuan Jepang.
Rombongan Sukarno pun
segera kembali ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1.Para
tokoh-tokoh nasionalis berkumpul di rumah Maeda untuk merumuskan teks
Proklamasi.Di rumah Maeda,hadir para anggota PPKI,para pemimpin pemuda,para
pemimpin pergerakan,dan beberapa anggota Chuo Sangi In yang ada di
Jakarta.Mereka berjumlah 40-50 orang.
Rumah Laksamana Maeda
itu dianggap aman dari kemungkinan gangguan yang sewenang-wenang dari
anggota-anggota Rikugun (Angkatan Darat Jepang.Kampeitai),yang hendak
menggagalkan usaha bangsa Indonesia untuk mengumumkan Proklamasi Kemerdekaannya.Oleh
karena Laksaman Maeda adalah Kepala Perwakilan Kaigun,maka rumahnya merupakan
extra-territorial,yang harus dihormati oleh Rikugun.Selain itu,Laksamana Maeda
sendiri memiliki hubungan yang akrab dengan para pemimpin bangsa Indonesia,dan
Maeda juga simpatik terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia,maka rumah beliau
direlakan menjadi tempat pertemuan para pemimpin bangsa Indonesia untuk
berunding dan merumuskan naskah/teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Setelah tiba di Jln Imam
Bonjol No. 1,lalu Sukarno dan Moh. Hatta diantarkan Laksamana Maeda menemui
Gunseikan Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto (Kepala Pemerintahan Militer
Jepang).Akan tetapi Gunseikan menolak menerima Sukarno-Hatta pada tengah
malam.Dengan ditemani oleh Maeda,Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi
serta Miyoshi sebagai penerjemah,mereka pergi menemui Somubuco Mayor Jenderal
Otoshi Nishimura (Direktur/Kepala Departemen Umum Pemerintahan Militer
Jepang),dengan maksud untuk menjajaki sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Pada pertemuan tersebut
tidak tercapai kata sepakat antara Sukarno-Hatta di satu pihak dengan Nishimura
di lain pihak.Di satu pihak Sukarno-Hatta bertekad untuk melangsungkan rapat
PPKI yang pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945 itu tidak jadi diadakan karena
mereka dibawa ke Rengasdengklok.Mereka menekankan kepada Nishimura bahwa
Jenderal besar Terauchi telah
menyerahkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia kepada PPKI.Di lain pihak,Nishimura menegakkan garis kebijakan
Panglima Tentara ke-XVI di Jawa,bahwa dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu
berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengubah status
quo.
Berdasarkan garis
kebijakan itu,Nishimura melarang Sukarno-Hatta untuk mengadakan rapat PPKI
dalam rangka pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan .Sampailah Sukarno-Hatta pada
kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi untuk membicarakan soal kemerdekaan
Indonesia dengan pihak Jepang.Mereka hanya berharap pihak Jepang supaya tidak
menghalang-halangi pelaksanaan Proklamasi oleh rakyat Indonesia sendiri.
Setelah pertemuan itu,Sukarno dan Hatta kembali ke
rumah Maeda.Setelah berbicara sebentar dengan Sukarno,Moh. Hatta dan Ahmad
Subarjo,Laksaman Maeda minta diri untuk beristirahat dan mempersilakan para
pemimpin Indonesia berunding sampai puas di rumahnya.Di ruang makan
Maeda,dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.Ketika peristiwa
itu berlangsung Maeda tidak hadir,tetapi Miyoshi sebagai orang kepercayaan
Nishimura bersama Sukarni,Sudiro,dan B.M Diah menyaksikan Sukarno,Hatta,dan
Ahmad Subarjo membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sukarno pertama kali
menuliskan kata pernyataan “Proklamasi”.Sukarno kemudian bertanya kepada Moh.
Hatta dan Ahmad Subarjo.”Bagaimana bunyi rancangan pada draf pembukaan UUD?”
kedua orang yang ditanya pun tidak ingat persis.Ahmad Subarjo kemudian
menyampaikan kalimat “Kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”.Moh. Hatta menambahkan
kalimat “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempoh yang
sesingkat-singkatnya”.Sukarno menuliskan, “Jakarta,17-8-’05 Wakil-wakil bangsa
Indonesia”,sebagai penutup.
Pada pukul 04.00 WIB
dini hari,Sukarno minta persetujuan dan minta tanda tangan kepada semua yang
hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia.Para pemuda menolak dengan alasan
sebagian yang hadir banyak yang menjadi kolaborator Jepang.Sukarni mengusulkan
agar teks Proklamasi cukup ditandatangani dua orang tokoh,yakni Sukarno dan
Moh. Hatta,atas nama Bangsa Indonesia.Usul Sukarni diterima.Dengan beberapa
perubahan yang telah disetujui,maka konsep itu kemudian diserahkan kepada
Sayuti Melik untuk diketik.
Berikut naskah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,baik yang ditulis oleh Sukarno maupun yang
diketik oleh Sayuti Melik.Coba sobat perhatikan Naskah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di berikut ini,adakah perbedaannya?
Rumusan Naskah
Proklamasi yang ditulis oleh Sukarno
Keterangan: Kalimat
pertama merupakan saran dari Ahmad Subarjo yang diambil dari Piagam
Jakarta.Sedangkan kalimat kedua merupakan sumbangan pemikiran dari Moh.
Hatta,karena beliau menganggap kalimat pertama hanyalah merupakan pernyataan
dari kemauan bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri.Menurut pendapatnya perlu
ditambahkan pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan.
Keterangan: Naskah
Proklamasi di atas sudah mengalami perubahan sesuai dengan persetujuan dalam
rapat.
Beberapa perubahan yang
dimaksud,yaitu kata tempoh diganti dengan kata tempo: Penulisan
tanggal,bulan,dan tahun yang semula Jakarta,17-8-’05 diubah menjadi
Jakarta,hari 17 bulan 8 tahun ’05.(Tahun ’05 adalah singkatan dari tahun Jepang
Sumera,yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi).Kemudian
kata-kata Wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan kata-kata Atas nama
bangsa Indonesia.Teks Proklamasi diketik kemudian ditandatangani oleh Sukarno
dan Moh. Hatta.Naskah inilah kemudian yang disebut Teks Proklamasi yang
otentik.
Demikianlah pertemuan
dini hari itu menghasilkan naskah Proklamasi.Agar seluruh rakyat Indonesia
mengetahuinya,naskah itu harus disebarluaskan.Maka Timbullah persoalan
bagaimana cara menyebarluaskan naskah Proklamasi tersebut ke seluruh Indonesia.Sukarni
mengusulkan agar naskah tersebut dibacakan di Lapangan Ikada,yang telah
dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan
naskah Proklamasi.Tetapi Sukarno tidak setuju,karena tempat itu adalah tempat
umum yang dapat memancing bentrokan
antara rakyat dengan militer Jepang.Beliau sendiri mengusulkan agar Proklamasi
dilakukan di Rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta.Usulan tersebut
disetujui dan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakannya bersama Moh.
Hatta di tempat itu pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di
tengah-tengah bulan Ramadhan (bulan puasa).
Demikianlah Artikel
lengkap yang berjudul Sejarah Perjalanan Panjang Perumusan Teks Poklamasi Hingga Pagi.Semoga dapat bermanfaat
bagi Sobat Edukasi Lovers semuanya.Jika
artikel ini bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan
membagikan artikel ini untuk menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih
baik.Jika ada permintaan,pertanyaan,komentar,maupun saran,silahkan berikan
komentar sobat semua di kolom komentar di bawah ini.
Terima Kasih…
Salam
Edukasi…