Sejarah Kerajaan Majapahit Paling Lengkap : Sejarah Awal Mula Berdirinya Kerajaan Majapahit, Sejarah Kondisi Politik dan Pemerintahan Kerajaan Majapahit, Sejarah Kondisi Sosial Ekonomi Kerajaan Majapahit, Sejarah Perkembangan Sastra dan Budaya Kerajaan Majapahit, Sejarah Masa Kejayaan (Keemasan) Kerajaan Majapahit, Sejarah Jatuhnya Kerajaan Majapahit
Sejarah Kerajaan Majapahit |
Selamat Datang
di Web Pendidikan edukasinesia.com
Hallo sobat Edukasi
Lovers, senang sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat membagikan
artikel untuk menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers
semua. Artikel yang akan saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Sejarah Kerajaan
Majapahit Paling Lengkap : Sejarah Awal Mula Berdirinya
Kerajaan Majapahit, Sejarah Kondisi Politik dan Pemerintahan Kerajaan
Majapahit, Sejarah Kondisi Sosial Ekonomi Kerajaan Majapahit, Sejarah
Perkembangan Sastra dan Budaya Kerajaan Majapahit, Sejarah Masa Kejayaan (Keemasan) Kerajaan
Majapahit, Sejarah Jatuhnya Kerajaan Majapahit
1.Sejarah Awal Mula Berdirinya Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat
di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa
kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah
kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai
salah satu dari negara terbesar dalam sejarah
Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya
terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih
diperdebatkan.
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi
kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan
yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanegara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk
membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan
memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi
besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan
dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria
Wiraraja, Jayakatwang memberikan
pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim
utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah
dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat di atas disambut
dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu
dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit"
dari buah tersebut.
Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk
bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden
Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik
pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri
asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap
angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu
enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan
sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya
sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan
dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana.
Setelah Singhasari
(Singosari) jatuh, berdirilah Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa
Timur, antara abad ke-14 sampai ke-15 Masehi. Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran
kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu
tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293.Berdirinya Kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan
oleh Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wiajaya).
Ia mempunyai tugas untuk
melanjutkan kemegahan Singhasari yang saat itu sudah hampir runtuh. Saat itu
dengan dibantu oleh Arya Wiraraja seorang penguasa Madura, Raden Wiajaya membuka
hutan di wilayah yang disebut dalam Kitab Pararaton sebagai hutannya orang
Trik. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa
pahit dari buah tersebut. Ketika Pasukan Mongol tiba, Raden Wijaya bersekutu
dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang.
Setelah berhasil
menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol sehingga
memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya. Pada masa pemerintahannya
Raden Wijaya mengalami pemberontakan yang dilakukan oleh sahabat-sahabatnya
yang pernah mendukung perjuangan dalam mendirikan Majapahit. Setelah Raden
Wijaya wafat, ia digantikan oleh putranya Jayanegara. Jayanegara dikenal sebagai
raja yang kurang bijaksana dan lebih suka bersenang-senang.
Kondisi itulah yang
menyebabkan pembantu-pembantunya melakukan pemberontakan. Di antara
pemberontakan itu, yang dianggap paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti. Pada
saat itu, pasukan Kuti berhasil menduduki ibukota negara. Jayanegara terpaksa
menyingkir ke Desa Badander di bawah perlindungan pasukan Bhayangkara pimpinan
Gajah Mada.
Gajah Mada kemudian menyusun strategi dan berhasil menghancurkan
pasukan Kuti. Atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan
(1319-1321) dan Patih Kediri (1322-1330).Kerajaan Majapahit penuh dengan intrik
politik dari dalam kerajaan itu sendiri. Kondisi yang sama juga terjadi
menjelang keruntuhan Majapahit.
Masa pemerintahan Tribhuwanattunggadewi
Jayawisnuwarddani adalah pembentuk kemegahan kerajaan. Tribhuwana berkuasa di
Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350.Kemudian puncak kekuasaan
diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk. Pada masa kepemimpinan inilah Majapahit
berada di puncak kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia
memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389.
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit
mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan melebihi
luas wilayah Republik Indonesia sekarang ini.Oleh karena itu, Muhammad Yamin
menyebut Majapahit dengan sebutan negara nasional kedua di Indonesia. Seluruh
kepulauan di Indonesia berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Hal ini memang tidak
bisa dilepaskan juga dari peran dan kegigihan Patih Gajah Mada. Sumpah
Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-citanya, Gajah
Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan Laksamana Nala. Di
bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk angkatan laut yang sangat
kuat. Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh perairan yang ada di nusantara.
Di
bawah pimpinan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di berbagai
bidang. Menurut Kakawin Nagarakertagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan,Sulawesi, Kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, Papua,Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan
Filipina. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian
selatan, Vietnam dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
2.Sejarah Kondisi Politik dan Pemerintahan Kerajaan Majapahit
Majapahit telah mengembangkan sistem pemerintahan yang teratur. Raja
memegang kekuasaan tertinggi. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh
berbagai badan atau pejabat, yakni sebagai berikut:
1)
Rakryan
Mahamantri Katrini, dijabat oleh para putra raja, terdiri atas Rakryan i
Hino, Rakryan i Sirikan, dan Rakryan i Halu.
2)
Dewan
Pelaksana terdiri atas Rakryan Mahapatih atau Patih Mangkabumi, Rakryan
Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga, dan Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat
ini dikenal sebagai Sang Panca ring Wilwatika. Di antara kelima pejabat itu
Rakryan Mahapatih atau Patih Mangkubumi merupakan pejabat yang paling
penting. Ia menduduki tempat sebagai perdana menteri. Bersama sama raja, ia
menjalankan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula dewan
pertimbangan yang disebut dengan Batara Sapta Prabu.
Struktur tersebut ada di pemerintah
pusat. Di setiap daerah yang berada di bawah raja-raja, dibuatkan pula struktur
yang mirip. Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, dibentuklah
badan peradilan yang disebut dengan Saptopapati. Selain itu disusun -pula kitab
hukum oleh Gajah Mada yang disebut Kitab Kutaramanawa.
Gajah Mada memang seorang
negarawan yang mumpuni sebab ia memahami pemerintahan, strategi perang dan juga
hukum. Untuk mengatur kehidupan beragama dibentuk badan atau pejabat yang
disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa adalah pejabat tinggi kerajaan yang khusus menangani
persoalan keagamaan. Di Majapahit dikenal ada dua Dharmadyaksa sebagai berikut:
1)
Dharmadyaksa
ring Kasaiwan,mengurusi agama syiwa (Hindu),
2)
Dharmadyaksa
ring Kasogatan, mengurusi agama Buddha.
Dalam menjalankan tugas, masing-masing
Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat keagamaan yang diberi sebutan Sang
Pamegat. Kehidupan beragama di Kerajaan Majapahit berkembang dengan semarak. Para
pemeluk agama Hindu maupun Buddha saling bersatu. Pada masa itupun sudah dikenal
semboyan Bhinneka Tunggal Ika,artinya, ’sekalipun berbeda-beda baik Hindu maupun
Buddha pada hakikatnya adalah satu jua.
Kemudian secara umum kita artikan
berbeda-beda akhirnya satu jua. Berkat kepemimpinan raja Hayam Wuruk dan Gajah
Mada, kehidupan politik, dan stabilitas nasional Majapahit terjamin. Hal ini
disebabkan pula karena kekuatan tentara Majapahit dan angkatan lautnya sehingga
semua perairan nasional dapat diawasi. Kerajaan Majapahit juga menjalin hubungan
dengan kerajaan lainnya seperti hubungan Kerajaan Majapahit dengan
Siam, Kamboja, Birma, India, Anam, dan Cina yang berlangsung dengan baik dan
harmonis. Dalam menjalin hubungan dengan luar negeri itu, Kerajaan Majapahit
mengenal motto Mitreka Satata yang artinya ‘negara sahabat’.
Raja-Raja Majapahit
Para
penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang
dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa
Rajasa pada akhir abad ke-13.
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode
kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana
yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan
Majapahit menjadi dua kelompok.
Daftar Nama-Nama Raja Kerajaan Majapahit
Nama Raja
|
Gelar
|
Tahun
|
Raden Wijaya
|
Kertarajasa Jayawardhana
|
1293 - 1309
|
Kalagamet
|
Sri Jayanagara
|
1309 - 1328
|
Sri Gitarja
|
Tribhuwana
Wijayatunggadewi
|
1328 - 1350
|
Hayam Wuruk
|
Sri Rajasanagara
|
1350 - 1389
|
Wikramawardhana
|
1389 - 1429
|
|
Suhita
|
Dyah Ayu Kencana Wungu
|
1429 - 1447
|
Kertawijaya
|
Brawijaya I
|
1447 - 1451
|
Rajasawardhana
|
Brawijaya II
|
1451 - 1453
|
Purwawisesa atau Girishawardhana
|
Brawijaya III
|
1456 - 1466
|
Bhre Pandansalas,
atau Suraprabhawa
|
Brawijaya IV
|
1466 - 1468
|
Bhre Kertabumi
|
Brawijaya V
|
1468 - 1478
|
Girindrawardhana
|
Brawijaya VI
|
1478 - 1498
|
Patih Udara
|
1498
|
3.Sejarah Kehidupan Sosial Ekonomi
Kerajaan Majapahit
Di bawah pemerintahan sang Raja Hayam
Wuruk, rakyat Majapahit hidup aman dan tenteram. Raja Hayam Wuruk sangat
memperhatikan rakyatnya, keamanan dan kemakmuran rakyat pun diutamakan. Untuk hal
itu dibangun jalan-jalan dan jembatan-jembatan. Dengan demikian lalu lintas
menjadi lancar, yang tentunya hal ini akan mendukung kegiatan
perekonomian, terutama perdagangan dan mendukung terciptanya keamanan yang
baik. Lalu lintas perdagangan yang paling penting yakni sungai seperti Sungai
Bengawan Solo dan Sungai Brantas.
Akibatnya desa-desa di tepi sungai dan yang
berada di muara serta di tepi pantai, berkembang menjadi pusat-pusat
perdagangan. Hal itu menyebabkan terjadinya arus bolak-balik para pedagang yang
menjajakan barang dagangannya dari daerah pantai atau muara ke pedalaman atau
sebaliknya. Bahkan di daerah pantai berkembang perdagangan antar daerah, antar
pulau, bahkan dengan pedagang dari luar. Kemudian timbullah kota-kota pelabuhan
sebagai pusat pelayaran dan perdagangan.
Beberapa kota pelabuhan yang penting
pada zaman Majapahit, antara lain yakni Canggu, Surabaya, Sedayu, Tuban,dan
Gresik. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti dari Cina, India, dan
Siam. Adanya pelabuhan-pelabuhan tersebut mendorong munculnya kelompok bangsawan
kaya. Mereka menguasai pemasaran bahan-bahan dagangan pokok dari dan ke
daerah-daerah Indonesia Timur dan Malaka.
Selain itu, kegiatan pertanian juga dikembangkan. Sawah dan ladang
dikerjakan secukupnya dan dikerjakan secara bergiliran. Hal ini maksudnya agar
tanah tetap subur dan tidak kehabisan lahan pertanian. Tanggul-tanggul di
sepanjang sungai diperbaiki untuk mencegah bahaya banjir.
4.Sejarah Perkembangan Sastra dan Budaya Kerajaan Majapahit
Pada masa kepemimpinan Raja Hayam Wuruk, bidang
sastra juga mengalami kemajuan. Karya sastra yang paling terkenal pada zaman
Majapahit adalah Kitab Negarakertagama. Kitab ini ditulis oleh Empu Prapanca
pada tahun 1365 Masehi. Disamping menunjukkan kemajuan di bidang
sastra, Negarakertagama juga merupakan sumber sejarah Majapahit.
Kitab lain yang
penting adalah Sutasoma. Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab Sutasoma
memuat kata-kata yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka
Tunggal Ika. Disamping itu, Empu Tantular juga menulis kitab Arjunawiwaha. Selain itu,bidang seni bangunan juga berkembang.
Banyak bangunan candi
telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar, Candi
Tigawangi, dan Surawana di dekat Pare, Kediri,serta Candi Tikus di Trowulan.
Terjadinya keruntuhan Kerajaan Majapahit pada masa itu lebih disebabkan
oleh ketidakpuasan sebagian besar keluarga raja, setelah turunnya Hayam
Wuruk.
Perang Paregrek telah melemahkan unsur-unsur kejayaan Majapahit. Meskipun
peperangan berakhir, Kerajaan Majapahit terus mengalami kelemahan karena raja
yang berkuasa tidak mampu lagi mengembalikan kejayaannya. Unsur lain yang
menyebabkan runtuhnya Kerajaan Majapahit adalah semakin meluasnya pengaruh
Islam pada saat itu.
Namun kemajuan peradaban Majapahit itu tidak hilang dengan runtuhnya
kerajaan itu. Pencapaian itu terus dipertahankan hingga masa perkembangan Islam
di Jawa. Peninggalan peradaban Majapahit juga dapat kita saksikan pada
perkembangan lingkup kebudayaan Bali pada saat ini. Kebudayaan yang masih
dikembangkan hingga masa Islam adalah cerita wayang yang berasal dari epos
India yaitu Mahabharata dan Ramayana, serta kisah asmara Raden Panji dengan
Sekar Taji (Galuh Candrakirana).Selain itu dapat kita saksikan juga pada unsur
arsitekturnya bentuk atap tumpang, seni ukir sulur-suluran dan tanaman
melata, senjata keris, dan masih banyak lagi.
5.Sejarah Masa Kejayaan
(Keemasan) Kerajaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara,
memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya
dengan bantuan mahapatihnya, Gajah
Mada. Di bawah perintah Gajah Mada
(1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh
XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian
kepulauan Filipina. Sumber
ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Namun,
batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut
tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi
terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh
raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan,
dan Vietnam,
dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Selain
melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan
diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik,
Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya. Pihak Sunda
menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja
Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang
putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk.
Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini
sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit.
Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan
Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan,
keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh
rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan
bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela
pati", bunuh diri untuk
membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda
Bubat menjadi tema utama dalam
naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga
naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama
sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Kakawin
Nagarakretagama yang disusun pada
tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita
rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang
rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang
membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung
Malaya dan Maluku.
Tradisi lokal di
berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan
Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya
mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi
luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka.
Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas
daerah itu dapat mengundang reaksi keras.
Pada
tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan
serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.
Meskipun
penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan
kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya
adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan
Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan
ini.
6.Sejarah Jatuhnya Kerajaan Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389,
Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris
Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya
sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari
selirnya Wirabhumi yang
juga menuntut haknya atas takhta.
Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan
terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang
ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, sementara Wirabhumi ditangkap dan
kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit
atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada
kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh
laksamana Cheng Ho,
seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu
1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan
komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti
di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun
mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana
memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah
pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang
selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan
pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451.
Setelah Kertawijaya wafat, Bhre
Pamotan menjadi raja dengan
gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.
Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya,
naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh
Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap
Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.
Ketika
Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad
ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai
berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang
berdasarkan Islam,
yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara.
Di bagian
barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung
kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai
menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara
itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di
Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Setelah
mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi,
Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu
kota Kerajaan Kediri) dan terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga
digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan
Kertabhumi dengan memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu dan Budha atas
kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu
kerajaan.
Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar
Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara. Akibat konflik dinasti
ini, Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak yang
didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa.
Waktu
berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun
1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan
berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1518.
Dalam
tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi.
Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai
0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran
bumi”. Namun yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah
gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.
Raden Patah
yang saat itu adalah adipati Demak sebetulnya berupaya membantu ayahnya dengan
mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan
Ngudung, tetapi mengalami kekalahan
bahkan Sunan Ngudung meninggal di tangan Raden Kusen adik Raden
Patah yang memihak Ranawijaya hingga para dewan wali menyarankan Raden Fatah
untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.
Hal
ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah
mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri).
Peristiwa ini memicu perang antara Ranawijaya dengan Kesultanan Demak, karena penguasa
Demak adalah keturunan Kertabhumi.
Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda
ketika Patih Udara melakukan kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasaan
Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk
kembali ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga pada tahun 1518,
Demak melakukan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan ke
Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan
mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari
pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya
melawan Kertabhumi.
Dengan
jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan kerajaan
Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak di bawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah
(Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi
dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit
Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan
sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome
Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan
bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu
ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan
Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.
Demak
memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam
pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa
kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur,
serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian
barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu
ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini
masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
Demikianlah Artikel lengkap
yang berjudul Sejarah Kerajaan Majapahit Paling Lengkap : Sejarah Awal Mula
Berdirinya Kerajaan Majapahit, Sejarah Kondisi Politik dan Pemerintahan Kerajaan
Majapahit, Sejarah Kondisi Sosial Ekonomi Kerajaan Majapahit, Sejarah
Perkembangan Sastra dan Budaya Kerajaan Majapahit Sejarah Masa Kejayaan
(Keemasan) Kerajaan Majapahit, Sejarah Jatuhnya Kerajaan Majapahit. Semoga dapat bermanfaat bagi Sobat
Edukasi Lovers semuanya. Jika artikel ini
bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan membagikan artikel
ini untuk menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih baik. Jika ada
permintaan, pertanyaan, kritik, maupun saran, silahkan berikan komentar sobat semua
di kolom komentar di bawah ini.
Terima Kasih…
Salam
Edukasi…