Perubahan Kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik,Agama dan Budaya Masyarakat Indonesia di Bawah Pengaruh Kolonial Eropa


Perubahan Kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik,Agama dan Budaya Masyarakat Indonesia di  Bawah Pengaruh Kolonial Eropa
Perubahan Kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik, Agama, dan Budaya Masyarakat Indonesia di Bawah Pengaruh Kolonial Eropa

Perubahan Kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik, Agama dan Budaya Masyarakat Indonesia di  Bawah Pengaruh Kolonial Eropa

Selamat Datang di Web Pendidikan edukasinesia.com

Hallo sobat Edukasi Lovers, senang sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat membagikan artikel untuk menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers semua. Artikel yang akan saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Perubahan Kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik,Agama dan Budaya Masyarakat Indonesia di  Bawah Pengaruh Kolonial Eropa



Berikut Pembahasannya

1.Bidang Sosial


Secara hierarkis sistem pelapisan sosial pada masa pemerintahan Kolonial antara lain adalah sebagai berikut.

1)    Golongan Eropa

Golongan eropa menempati posisi teratas dalam sistem pelapisan sosial. Mereka memiliki hak-hak istimewa yang tidak dimiliki oleh golongan lainnya. Yang termasuk golongan eropa adalah orang-orang Eropa yang ada di wilayah Indonesia (terutama Belanda) dan orang-orang keturunan Indo Eropa (peranakan campuran antara Eropa dan Pribumi).

2)    Golongan Timur Asing

Golongan timur asing terdiri dari bangsa Asia yang berdagang maupun menetap di wilayah Indonesia. Mereka adalah para pedagang dari India, Cina, Jepang, dan Arab. Pemerintah Kolonial mempunyai tujuan tersendiri menempatkan golongan ini dalam pelapisan sosial, yaitu untuk menekankan perekonomian pribumi agar tidak berkembang.

3)    Golongan Pribumi

Golongan pribumi terdiri dari raja dan bangsawan, serta rakyat jelata. Raja adalah penguasa lokal di bawah pemerintahan kolonial dan masih berpengaruh terhadap kelangsungan hidup kerajaan. Rakyat lebih tunduk pada raja dibandingkan dengan pemerintah kolonial.

2.Bidang Ekonomi

Agar pelaksanaan monopoli ditaati oleh rakyat, maka pemerintah menetapkan berbagai kebijakan yang membuat rakyat menderita. Kebijakan tersebut antara lain pelayaran Hongi, ekstirpasi (penebangan tanaman rempah-rempah apabila dirasa berlebihan), sistem contingenten (pajak hasil bumi) dan Verplichte Leverantie (penyerahan wajib).Akibat sistem monopoli yang ditetapkan oleh VOC tersebut, rakyat menderita kerugian yaitu rakyat kehilangan pekerjaannya dan rakyat mengalami penderitaan hebat akibat disiksa, dibunuh, dan dijadikan budak. Setelah VOC dibubarkan, Indonesia di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa Daendels rakyat sangat menderita karena dipaksa kerja rodi untuk membangun jalan raya Anyer- Panarukan. Namu, pada masa Daendels sistem penyerahan wajib dihapuskan.

Pada masa pemerintahan Inggris, dibawah pimpinan Raffles berusaha meneruskan kebijakan Daendels yang menghapuskan sistem penyerahan wajib. Corak pemerintahannya bersifat liberal yang mengutamakan kebebasan dan kepastian hukum. Oleh karena itu, ia menerapkan sistem landern (sewa tanah) dan membebaskan penduduk menanam yang dikehendaki.

Namun kebijakannya tersebut mengalami kegagalan. Raffles juga membagi pulau Jawa dan Madura menjadi 16 Karesidenan. Pada tahun 1816, kekuasaan atas Indonesia dikembalikan kepada Belanda. Pada masa ini Indonesia dipimpin oleh Van den Capellen yang konservatif. Kemudian pada tahun 1830 Belanda menerapkan sistem tanam paksa untuk memperbaiki kas negara Belanda yang kosong akibat perang.

Pada pelaksanaan tanam paksa ini, rakyat dituntut bekerja penuh tanpa diperhatikan nasib dan kesejahteraannya. Penderitaan makin hebat akibat adanya kebijakan cultuur procenten yaitu adanya bonus bagi pengawas Belanda apabila berhasil melampaui target yang ditentukan. Akibatnya, mereka memaksa rakyat bekerja lebih keras lagi. Oleh karena kesejahteraan tidak terjamin, maka timbul kelaparan di daerah Grobogan (Purwodadi), Demak, dan Cirebon. Melihat penderitaan rakyat, maka kaum liberal mengusulkan adanya politik balas budi yang dicetuskan dalam trilogi Van de Venter.

3.Bidang Politik

Sistem Kolonial mempertahankan struktural feodal masyarakat Indonesia dan kedudukan penguasa lokal (raja, bupati, dan bangsawan sangat strategis).VOC menerapkan sistem pemerintahan tidak langsung (indirect rule), yaitu menempatkan penguasa lokal untuk menghubungkan pemerintah kolonial dengan rakyat. Dalam sistem pemerintahan tidak langsung, para bupati memegang peranan rangkap. Mereka tetap mempunyai kedudukan sebagai penguasa teratas di daerahnya di samping sebagai perantara antara penguasa kolonial dengan rakyat.

Bupati tetap dipertahankan kedudukannya dan dimantapkan otoritas serta hak istimewanya. Hal ini berkaitan dengan peran bupati itu sendiri yaitu sebagai perantara dalam pemungutan. Bupati bertindak sebagai pelaksana dan bertanggung jawab pada pemerintah. Kedudukan bupati berada di bawah residen. Di samping terjadi pengurangan kekuasaan penguasa lokal, wilayah juga terbagi dalam beberapa bagian. Secara hierarkis pembagian wilayah dapat dijabarkan sebagai  berikut.

1)    Karesidenan, yaitu suatu daerah bagian dari provinsi yang terdiri dari beberapa kabupaten dan dikepalai oleh seorang residen.

2)    Kabupaten, yaitu daerah yang dikepalai oleh seorang bupati atau adipati.

3)    Kawedanan (distrik), yaitu daerah bagian dari kabupaten yang pemerintahannya dipimpin oleh seorang pembantu bupati.

4)    Kecamatan (subdistrik), yaitu daerah bagian dari kawedanan yang membawahi lebih kurang 15 desa.

Adapun pembagian wilayah ini dilakukan oleh van de Putte pada tahun 1874.

4.Bidang Agama

Sebelum bangsa barat datang, di Indonesia telah berkembang tiga agama, yakni Hindu, Buddha, dan Islam di samping kepercayaan asli. Ketiga agama tersebut saling berkembang dan dapat hidup berdampingan satu sama lain. Kedatangan bangsa Eropa membawa agama baru yang sebelumnya tidak dianut oleh bangsa Indonesia. Agama baru tersebut adalah agama Nasrani (Kristen Katolik dan Kristen Protestan).Masuknya agama Kristen Katolik ke Indonesia seiring dengan masuknya bangsa Portugis ke Indonesia.

Penyebaran agama dilakukan oleh Misi, yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen Katolik. Sementara itu, agama Kristen Protestan masuk sejalan dengan masuknya bangsa Belanda ke Indonesia. Pada awalnya pemerintahan Belanda membatasi pelayanan dan penyebaran agama Kristen Protestan karena dianggap mengganggu perdagangan, tetapi pada akhirnya proses penyebaran berjalan juga. Penyebaran dilakukan oleh kelompok Zending yaitu organisasi penyebar agama Kristen Protestan.

5.Bidang Budaya

Kedatangan bangsa barat ke Indonesia di samping membawa agama juga membawa budaya baru. Tata kehidupan barat mulai masuk ke dalam masyarakat Indonesia. Terjadi akulturasi budaya yaitu pencampuran budaya asli dengan budaya barat. Unsur-unsur budaya barat mulai  mempengaruhi kelangsungan budaya asli. Cara pergaulan, gaya hidup, cara berpakaian, dan pendidikan ala barat mulai dikenal oleh kalangan luas. Sebaliknya, tradisi lingkungan keraton mulai pudar.


Demikianlah Artikel lengkap yang berjudul Perubahan Kehidupan Sosial, Ekonomi, Politik, Agama dan Budaya Masyarakat Indonesia di  Bawah Pengaruh Kolonial Eropa. Semoga dapat bermanfaat bagi Sobat Edukasi Lovers  semuanya. Jika artikel ini bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan membagikan artikel ini untuk menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih baik. Jika ada permintaan, pertanyaan, kritik, maupun saran, silahkan berikan komentar sobat semua di kolom komentar di bawah ini.

Terima Kasih…
            Salam Edukasi…