Gambar Ilustrasi |
Sejarah Pemberontakan PRRI/Permesta (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Gerakan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta) : Latar Belakang Lahirnya Pemberontakan PRRI/Permesta, Sejarah Berdirinya PRRI/Permesta, Sejarah Penumpasan Gerakan PRRI/Permesta
Selamat Datang di Web Pendidikan edukasinesia.com
Hallo
sobat Edukasi Lovers, senang sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat
membagikan artikel untuk menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers
semua. Artikel yang akan saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Sejarah
Pemberontakan PRRI/Permesta (Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia/Gerakan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta) : Latar Belakang Lahirnya
Pemberontakan PRRI/Permesta, Sejarah Berdirinya PRRI/Permesta, Sejarah
Penumpasan Gerakan PRRI/Permesta
Berikut Pembahasannya
1.Latar Belakang Lahirnya Pemberontakan PRRI/Permesta
Setelah
bangsa Indonesia kembali ke dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), kondisi stabilitas negara belum
juga pulih karena munculnya pemberontakan DI/TII dan timbulnya ketidakpuasan
terhadap kebijakan pemerintah pusat di daerah-daerah. Misalnya, beberapa daerah
di Provinsi Sumatra dan Sulawesi merasa tidak puas dengan alokasi anggaran
pembangunan yang diterima dari pusat. Karena upaya untuk mengubah kebijakan
pemerintah pusat dengan jalan parlementer tidak dapat dilakukan maka
daerah-daerah tersebut menempuh jalan ekstraparlementer. Gerakan-gerakan daerah
tersebut mendapat dukungan dari beberapa panglima militer di Sumatra dan
Sulawesi sehingga terbentuklah dewan-dewan daerah.
Misalnya, di Sumatra Barat
berdiri Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Achmad Hussein; di
Medan berdiri Dewan Gajah yang dipimpin oleh Kolonel Simbolon; di Palembang
berdiri Dewan Garuda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Barlian; dan di Manado
berdiri Dewan Manguni yang dipimpin oleh oleh Letnan Kolonel Ventje
Samuel. Selanjutnya, dukungan yang diberikan oleh dewan-dewan tersebut menjurus
kepada gerakan separatisme.
Misalnya, dengan alasan tidak cakap menjalankan
tugas, Ketua Dewan Banteng Sumatra Barat Achmad Hussein mengambil alih
pemerintahan Gubernur Ruslan Mulyohardjo di Sumatra Tengah pada tanggal 20
Desember 1956 di Padang. Peristiwa tersebut menimbulkan ketegangan antara
pimpinan Dewan Banteng dengan pemerintah pusat. Menurut pemerintah, aspirasi
rakyat Sumatra Tengah yang disalurkan
melalui Dewan Banteng mengenai
masalah otonomi daerah dapat dipahami oleh pemerintah pusat. Akan tetapi,
pemerintah pusat tidak menyetujui tindakan Dewan Banteng mengambil alih
kekuasaan pemerintah di Sumatra Tengah.
Dengan demikian, tindakan Dewan Banteng
yang mengambil alih pemerintahan di Sumatra Tengah oleh pemerintah pusat
dipandang sebagai tindakan yang
menyalahi hukum. Selain itu, di daerah Sumatra Utara dan Sumatra Selatan juga
terjadi pengambilalihan pemerintahan pusat seperti yang terjadi di Sumatra
Tengah. Dengan dalih untuk kepentingan keamanan dan ketenteraman, Letnan Kolonel
Barlian selaku pejabat Panglima Tentara dan Territorium II (TT II) telah
mengeluarkan keputusan bahwa daerah Sumatra Selatan dinyatakan dalam keadaan
bahaya.
Oleh karena itu, Gubernur Sumatra Selatan Winarno Danuatmodjo diminta
untuk menyerahkan kekuasaannya untuk memperlancar usaha pembangunan di daerah
Sumatra Selatan. Untuk meredakan pergolakan daerah maka sejak tanggal 10 sampai
tanggal 14 September 1957 dilangsungkan Musyawarah Nasional (Munas) yang
dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional di tingkat pusat maupun daerah. Agenda yang
dibicarakan dalam Munas tersebut adalah membahas masalah pemerintahan di
daerah, masalah ekonomi, masalah keuangan, masalah angkatan perang, masalah
kepartaian, dan masalah status politik. Dwitunggal Soekarno-Hatta. '
Selanjutnya,
untuk menindaklanjuti hasil-hasil keputusan Musyawarah Nasional dalam bidang
ekonomi dan pembangunan maka sejak tanggal 25 November sampai tanggal 4
Desember 1957 di Jakarta dilangsungkan Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)
yang bertujuan untuk membahas dan merumuskan startegi pembangunan sesuai dengan
aspirasi daerah.
Dalam
perkembangan berikutnya daerah yang bergolak justru semakin gigih usahanya
untuk melepaskan diri dari pemerintahan pusat.
Pada tanggal 10 Februari 1958
Ketua Dewan Banteng Achmad Hussein, mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah
pusat yang menyatakan bahwa kabinet Djuanda harus mengundurkan diri dalam waktu
5x24 jam. Menghadapi ultimatum tersebut pemerintah bertindak tegas dengan
memecat secara tidak hormat Achmad Hussein, Simbolon, Zulkifli Lubis, dan Dachlan
Djambek sebagai pimpinan gerakan separatis. Selanjutnya, pada tanggal 12
Februari 1958, Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal A.H. Nasution
mengeluarkan perintah untuk membekukan Komando Daerah Militer Sumatra Tengah
(KDMST) dan ditempatkan langsung di bawah KSAD.
2.Sejarah Berdirinya PRRI/Permesta
Karena
merasa kecewa terhadap berbagai kebijakan pemerintah pusat maka pada tanggal 15
Februari 1958, ketua Dewan Banteng Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan Syafruddin
Prawiranegara sebagai perdana menterinya. Dibentuknya PRRI oleh tokoh-tokoh
Dewan Banteng tersebut menandai meletusnya pemerontakan PRRI di
Sumatra. Pembentukan PRRI di Sumatra segera mendapat sambutan di Indonesia
bagian timur.
Pada tanggal 17 Februari 1958, Letnan Kolonel D.J. Somba, komandan
Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah mulai memutuskan hubungan dengan
pemerintah pusat dan menyatakan mendukung sepenuhnya gerakan PRRI. Gerakan di
Sulawesi Selatan tersebut lebih dikenal dengan nama Gerakan Piagam Perjuangan
Rakyat Semesta atau Permesta. Piagam
Perjuangan Rakyat Semesta tersebut ditandatangani oleh 51 tokoh masyarakat
Indonesia bagian timur yang berasal dari Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, dan
Maluku.
3.Sejarah Penumpasan Gerakan PRRI/Permesta
Dengan
diproklamasikannya gerakan PRRI/Permesta maka pemerintah RI memutuskan segera
menyelesaikannya dengan kekuatan militer. Untuk menumpas pemberontakan PRRI
pemerintah mempersiapkan operasi militer gabungan yang terdiri atas unsur TNI
Angkatan Darat (TNI AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU).Operasi
Gabungan TNI terhadap kekuatan PRRI di Sumatra Tengah tersebut diberi nama
Operasi 17 Agustus dan dipimpin langsung oleh Kolonel Ahmad Yani.
Selain untuk
menghancurkan kekuatan pemberontak, operasi ini juga bertujuan mencegah meluasnya daerah gerakan serta
mencegah turut campurnya kekuatan asing
yang akan mengadakan intervensi dengan dalih melindungi kepentingan modal dan
warga negaranya karena di Sumatra Timur dan Riau terdapat kepentingan modal
asing. Oleh karena itu, gerakan pasukan TNI pertama kali ditujukan ke Pekanbaru
untuk mengamankan sumber-sumber minyak.
Setelah
berhasil menguasai Pekanbaru sejak tanggal 14 Maret 1958, Operasi 17 Agustus
dilanjutkan untuk menguasai pusat basis pemberontak di Bukittinggi dan pada
tanggal 4 Mei 1958 daerah Bukittinggi berhasil dikuasai oleh pasukan TNI.
Dengan
semakin gencarnya operasi-operasi militer oleh TNI, maka ruang gerak PRRI
semakin sempit dan kekuatannya semakin melemah. Karena semakin terjepit maka
banyak tokoh-tokoh PRRI akhirnya menyerahkan diri, seperti Achmad Hussein dan
pasukannya pada tanggal 29 Mei 1961 serta disusul tokoh-tokoh PRRI lainnya.
Untuk
menumpas pemberontakan Permesta, pemerintah melancarkan Operasi Merdeka yang
dipimpin oleh Letkol. Rukminto Hendraningrat pada bulan April 1958.Dalam
pemberontakan Permesta telah diketemukan bukti-bukti adanya keterlibatan pihak
asing dalam gerakan tersebut. Hal tersebut terbukti dengan berhasil ditembak
jatuhnya pesawat yang dikemudikan oleh A.L. Pope, seorang pilot berkebangsaan
Amerika Serikat pada tanggal 18 Mei 1958 di atas perairan Ambon.
Operasi
penumpasan Permesta menghadapi perlawanan yang lebih berat dibandingkan dengan
operasi penumpasan PRRI karena situasi daerah yang menguntungkan posisi
pemberontak yang persenjataannya lebih kuat. Namun, pemerintah akhirnya mampu
menguasai kembali daerah-daerah yang dikuasai oleh Permesta. Pada pertengahan
tahun 1961 sisa-sisa kekuatan Permesta menyerahkan diri sepenuhnya pada pemerintah
pusat.
Demikianlah
Artikel lengkap yang berjudul Sejarah Pemberontakan PRRI/Permesta (Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia/Gerakan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta) : Latar Belakang
Lahirnya Pemberontakan PRRI/Permesta, Sejarah Berdirinya PRRI/Permesta, Sejarah
Penumpasan Gerakan PRRI/Permesta. Semoga dapat bermanfaat bagi Sobat Edukasi Lovers semuanya. Jika artikel ini bermanfaat sudi
kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan membagikan artikel ini untuk
menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih baik. Jika ada permintaan, pertanyaan, kritik, maupun
saran, silahkan berikan komentar sobat semua di kolom komentar di bawah ini.
Terima Kasih…
Salam Edukasi…