Organisasi-Organisasi Militer Pada Masa Pendudukan Jepang Di Indonesia
Selamat Datang di Web Pendidikan edukasinesia.com
Hallo sobat Edukasi
Lovers,senang sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat membagikan
artikel untuk menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers
semua.Artikel yang akan saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Organisasi-Organisasi Militer Pada Masa Pendudukan Jepang
Di Indonesia
Berikut Ini Pembahasan
Selengkapnya:
Sesuai dengan Misi
awalnya,selain membentuk organisasi semimiliter,Jepang juga membentuk
organisasi yang bersifat militer dengan tujuan untuk membantu Jepang dalam
menghadapi perang dan mempertahankan Indonesia dari gengaman Jepang
sendiri.Berikut Ini adalah Organisasi Militer yang dibentuk oleh Jepang pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia
Heiho (Pasukan Pembantu)
adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer
Jepang,baik itu Angkatan Darat dan juga Angkatan Laut.Syarat-syarat untuk
menjadi tentara Heiho antara lain,yaitu:
1).Berumur 18-25 Tahun
2).Berbadan yang sehat
3).Berkelakuan baik
4).Berpendidikan minimal sekolah dasar.
Adapun tujuan Jepang untuk membentuk organisasi
militer Heiho ini adalah untuk membantu para tentara Jepang baik dalam hal menghadapi
perang dengan negara lain maupun dalam hal mengamankan wilayah
Indonesia.Kegiatan Heiho ini meliputi,membangun kubu-kubu pertahanan,menjaga
kamp tahanan,dan membantu perang tentara Jepang di medan perang.Sebagai
contoh,banyak anggota Heiho yang ikut berperang melawan tentara Serikat di
Kalimantan,Irian,bahkan ada yang sampai ke Birma.
Organisasi Heiho lebih
terlatih di dalam bidang militer dibandingkan dengan organisasi-organisasi
lain.Kesatuan Heiho merupakan bagian integral dari pasukan Jepang.Mereka sudah
dibagi-bagi menurut kompi dan dimasukkan ke kesatuan Heiho menurut daerahnya,di
Jawa menjadi bagian tentara ke-16 dan di Sumatera menjadi bagian tentara
ke-25.Selain itu,juga sudah terbagi menjadi Heiho bagian Angkatan
Darat,Angkatan Laut,dan juga bagian Kempeitei (Kepolisian).Dalam Heiho,telah
ada pembagian tugas,misalnya bagian pemegang senjata
antipesawat,tank,artileri,dan pengemudi.
Sejal berdirinya sampai
akhir pendudukan Jepang,diperkirakan jumlah anggota Heiho mencapai sekitar
42.000 orang dan sebagian besar sekitar 25.000 orang berasal dari
Jawa.Namun,dari sekian banyak anggota Heiho tidak seorang pun yang berpangkat
perwira,karena pangkat perwira hanya untuk orang-orang Jepang saja.
Sekalipun tidak dapat
dilepaskan dari rasa ketakutan akan adanya serangan Sekutu,Jepang berusaha agar
Indonesia dapat dipertahankan dari serangan Sekutu.Heiho sebagai pasukan yang
terintegrasi dengan pasukan Jepang masih dipandang belum memadai
kekuatannya.Sehingga Jepang pun masih berusaha agar ada pasukan yang secara
konkret mempertahankan Indonesia.Oleh karena itu,Jepang berencana membentuk
pasukan untuk mempertahankan tanah air Indonesia yang disebut dengan Pasukan
Pembela Tanah Air (PETA).Jepang berupaya mempertahankan Indonesia dari serangan
Sekutu secara sungguh-sungguh.Hal ini bisa saja didasari oleh rasa was-was yang
makin meningkat karena situasi di medan perang yang bertambah sulit sehingga
disamping Heiho,Jepang juga membentuk organisasi PETA (Pembela Tanah Air).
PETA adalah organisasi
militer.Karena itu,para anggota PETA juga mendapatkan latihan
kemiliteran.Mula-mula yang ditugasi untuk melatih anggota PETA adalah seksi
khusus dari bagian intelijen yang disebut Tokubetsu Han.Bahkan sebelum ada
perintah pembentukan PETA,bagian Tokubetsu Han sudah melatih para pemuda
Indonesia untuk tugas intelijen.Latihan tugas intelijen dipimpin oleh
Yanagawa.Latihan ini kemudian berkembang secara sistematis dan
terprogram.Penyelenggaraannya berada di dalam Seinen Dojo (Panti Latihan
Pemuda) yang terletak di Tangerang.Mula-mula anggota yang dilatih hanya 40
orang dari seluruh Jawa.
Pada akhir latihan
angkatan ke-2 di Seinen Dojo,keluar perintah dari Panglima tentara Jepang
Letnan Jenderal Kumaikici Harada untuk membentuk Tentara “Pembela Tanah Air”
(PETA).Berkaitan dengan itu,Gatot Mangkuprojo diminta untuk mengajukan rencana
pembentukan organisasi Tentara Pembela Tanah Air.Akhirnya,pada tanggal 3
Oktober 1943 secara resmi berdirilah PETA.Berdirinya PETA ini berdasarkan
peraturan dari pemerintah Jepang yang disebut Osamu Seinendan,nomor
44.Berdirinya PETA ternyata mendapat sambutan hangat di kalangan pemuda.Banyak
di antara para pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi
anggota PETA.Anggota PETA yang bergabung berasal dari berbagai golongan di
dalam masyarakat.
PETA sudah mengenal
adanya pangkat yang berbeda-beda dalam organisasi,misalnya daidanco (komandan
batalion),cudanco (komandan kompi),shodanco (komandan peleton),bundanco
(komandan regu),dan giyuhei (prajurit sukarela).Pada umumnya,para perwira yang
menjadi komandan batalion atau daidanco dipilih dari kalangan tokoh-tokoh
masyarakat atau orang-orang terkemuka,misalnya pegawai pemerintah,pemimpin
agama,politikus,dan penegak hukum.Untuk Cudanco dipilih dari mereka yang sudah
bekerja,tetapi pangkatnya masih rendah,misalnya guru-guru sekolah.Shodanco
dipilih dari kalangan pelajar sekolah lanjutan.Adapun bundanco dan giyuhei
dipilih dari para pemuda tingkat sekolah dasar.
Untuk mencapai tingkat
perwira PETA,para anggota harus mengikuti pendidikan khusus.Pertama kali
pendidikan itu dilaksanakan di Bogor dalam lembaga pelatihan yang diberi nama
Korps Latihan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa (Jawa Boei
Giyugun Kanbu Kyoikutai).Setelah menyelesaikan pelatihan,mereka ditempatkan di
berbagai daidan (batalion) yang tersebar di Jawa,Madura,dan Bali.
Menurut Struktur
Organisasi kemiliteran,PETA tidak secara resmi ditempatkan pada struktur
organisasi tentara Jepang,hal ini memang berbeda dengan Heiho.PETA dimaksudkan
sebagai pasukan gerilya yang membantu melawan apabila sewaktu-waktu terjadi
serangan dari pihak musuh.Jelasnya,PETA bertugas membela dan mempertahankan
tanah air Indonesia dari serangan Sekutu.Dalam kedudukannya di struktur
organisasi militer Jepang,PETA memiliki kedudukan yang lebih bebas/fleksibel
dan dalam hal kepangkatan ada orang Indonesia yang sampai mencapai pangkat
perwira.Oleh karena itu,banyak di antara berbagai lapisan masyarakat yang
tertarik untuk menjadi anggota PETA.Sampai akhir pendudukan Jepang di Indonesia,anggota
PETA ada sekitar 37.000 orang di Jawa dan sekitar 20.000 orang di Sumatera.Di
Sumatera namanya lebih terkenal dengan Giyugun (Prajurit-prajurit
sukarela).Orang-orang PETA inilah yang akan banyak berperan di bidang
ketentaraan di masa-masa berikutnya.Dan tokoh-tokoh terkenal yang ada di dalam
PETA antara lain ialah Supriyadi dan Sudirman.
Demikianlah Artikel
lengkap yang berjudul Organisasi-Organisasi Militer Pada Masa Pendudukan
Jepang Di Indonesia.Semoga dapat bermanfaat bagi Sobat Edukasi
Lovers semuanya.Jika artikel ini
bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan membagikan artikel
ini untuk menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih baik.Jika ada
permintaan,pertanyaan,komentar,maupun saran,silahkan berikan komentar sobat
semua di kolom komentar di bawah ini.
Terima Kasih…
Salam
Edukasi…