Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada


Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada


Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada

Selamat Datang di Web Pendidikan edukasinesia.com

Hallo sobat Edukasi Lovers, senang sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat membagikan artikel untuk menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers semua. Artikel yang akan saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada

Berikut Pembahasannya


1.Kerajaan Samudra Pasai



Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada

            Kerajaan Samudra Pasai


            Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di Indonesia, yang didirikan oleh Sultan Malik al Saleh, Kerajaan ini terletak di Aceh Utara.

Sumber-sumber sejarah Kerajaan Samudra Pasai yakni sebagai berikut.
1)    Nisan Sultan Malik al Saleh yang berangka tahun 635 H atau 1297 M.

2)    Catatan Marcopolo yang melihat masyarakat Perlak menganut Islam dan pedagang India menyebarkan Islam di wilayah Perlak.

3)    Catatan Ibnu Batutah dari Maroko, mencatat bahwa Samudra Pasai merupakan kerajaan dagang yang maju, komoditasnya adalah lada. Samudra Pasai merupakan tempat pengumpulan rempah-rempah, penjualan emas dan barang lainnya.

4)    Catatan Dinasti Yuan menyebutkan raja Samudra Pasai mengirim utusan ke Quilon, India Barat.Di samping itu mengirim utusan ke Cina hingga tahun 1430.

5)    Catatan Tome Pires dalam bukunya Sumaoriental menyebutkan adanya perdagangan di Samudra Pasai serta komoditas ekspor kerajaan.

Raja yang memerintah Samudra Pasai antara lain berikut.

1)    Sultan Malik al Saleh (1285 – 1297 M)

Sultan Malik al Saleh mengadakan perluasan ke daerah yang dulu menjadi bawahan Sriwijaya kemudian mengislamkannya. Sultan Malik al Saleh berhasil menyusun pemerintahan dan angkatan perang yang rapi. Hal ini membuat Samudra Pasai menjadi kerajaan maritim yang kuat.

2)    Sultan Malik al Zhahir

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Samudra Pasai terpecah. Adiknya Sultan Abdullah memisahkan diri mendirikan kerajaan di wilayah Aru dengan gelar Sultan Malikul Mansur. Bersamaan dengan melemahnya Samudra Pasai akibat perkembangan Malaka, Kerajaan Samudra Pasai dapat direbut oleh Sultan Mughayat Syah dari Aceh. Sejak itu berakhirlah Kerajaan Samudra Pasai. Kehidupan masyarakat diatur menurut hukum  Islam sehingga dikenal dengan julukan Serambi Mekah.

3)    Mahmud Malik Al-Zahir
4)    Manshur Malik Al-Zahir
5)    Ahmad Malik Al-Zahir
6)    Zain Al-Abidin Malik AL-Zahir
7)    Nahrasiyah
8)    Abu Zaid Malik Al-Zahir
9)    Zain Al-Abidin
10) Abdullah Malik Al-Zahir

2.Kerajaan Aceh



Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Kerajaan Aceh



            Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah setelah berhasil melepaskan diri dari Pedir. Sumber sejarah Kerajaan Aceh adalah kitab Bustanus Salatin yang ditulis oleh Nurudin ar Raniri, berisi tentang sejarah Kerajaan Aceh. 

Berikut adalah raja-raja yang memerintah Kerajaan Aceh.

1)    Sultan al Mughayat Syah (1514 – 1528)

Selama pemerintahannya Aceh berhasil merebut dominasi perdagangan di Indonesia bagian barat. Aceh makin makmur dengan berhasil dikuasainya Pidie, yang kaya akan lada putih.

2)    Sultan Salahudin (1528 – 1537)

Selama pemerintahannya Aceh mengalami kemunduran karena kurang memperhatikan nasib rakyat dan kerajaannya.

3)    Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar (1537 – 1571)

Pada masa pemerintahannya Aceh dapat bangkit kembali, bahkan dapat memperluas wilayahnya hingga Tapanuli, sebagian Sumatra Barat, dan sebagian pantai Timur Sumatra di tepi Selat Malaka. Di samping itu juga berusaha memenangkan persaingan dengan Portugis dengan cara membangun angkatan laut yang kuat dan membina hubungan diplomatik dengan Turki Utsman.

4)    Sultan Iskandar Muda

Pada masa pemerintahannya, Aceh mengalami puncak kejayaan dan wilayah kekuasaannya sampai di Deli, Johor, Pahang, Kedah, dan Perak. Dalam perluasan wilayah tersebut juga dilakukan penyebaran agama Islam di daerah yang ditaklukkan. 

Untuk memperkuat kedudukan Aceh sebagian pusat perdagangan, beliau melakukan usaha-usaha sebagai berikut.
a)    Merebut sejumlah pelabuhan penting di pesisir barat dan timur Sumatra.
b)    Menyerang kedudukan Portugis di Malaka.

Sistem pemerintahan yang digunakan adalah hukum sipil yang didasarkan pada hukum Islam. Demikian pula dalam mengatur masyarakat, digunakan hukum adat Makuta Alam. Pada masa ia berkuasa, hidup dua orang ahli tasawuf yaitu Hamzah Fansuari dan Syamsudin as Samatrani. Peninggalan yang terkenal yaitu Masjid Baiturrahman di Aceh.

5)    Sultan Iskandar Thani (1636 - 1641)

Dalam pemerintahannya, lebih banyak mementingkan urusan dalam negeri dari pada banyak melakukan politik ekspansi sehingga hidup dalam kedamaian. Namun, berakibat pada banyaknya daerah vassal yang ingin melepaskan diri. Pada masa itu pula, hidup seorang ahli tasawuf yang terkenal yaitu Nurudin ar Raniri. Akibat lebih mementingkan urusan dalam negeri, banyak daerah vassal (daerah taklukan) yang mulai melepaskan diri. Makin lama pamor Aceh makin menurun. Setelah Iskandar Thani meninggal, ia digantikan oleh Putrri Sri Alam Armaisuri (putri Iskandar Muda).

Pada masa pemerintahannya Aceh mengalami kemunduran. Kerajaan Aceh terus berlanjut hingga Abad XX M. Aceh benar-benar berada di bawah kekuasaan Belanda pada tahun 1912 dengan adanya Traktat Sumatra yang memberi kebebasan kepada Belanda untuk memperluas wilayah kekuasaannya di Sumatra termasuk Aceh. Kehidupan bersifat feodalisme. Ada dua golongan masyarakat yaitu golongan Tengku dan golongan Teuku. Tengku adalah kaum agama yang memegang peranan penting dalam bidang keagamaan. 

Golongan Teuku adalah kaum bangsawan yang memegang peranan penting dalam pemerintahan. Kehidupan ekonomi Aceh didukung oleh sektor perdagangan. Aceh menjadi pusat perdagangan lada yang meliputi pantai timur dan barat Sumatra yang memungkinkan Aceh dapat melakukan kegiatan ekspor impor.

3.Kerajaan Demak



Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Kerajaan Demak


            Kerajaan Demak merupakan kerajaan pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500.Berdirinya Kerajaan Demak tidak lepas dari peranan para wali yang membantu Raden Patah dan didukung oleh kondisi Majapahit yang mulai mengalami kemunduran. Sumber sejarah Kerajaan Demak dapat diketahui dari Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Serat Kondo, dan Catatan Tome Pires.

Berikut ini raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak.

1)    Raden Patah

Raden Patah bergelar Sultan Alam Akbar. Di  bawah pemerintahannya Kerajaan Demak berhasil menguasai beberapa pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Gresik, Jiran, dan Sedayu. Sebagai negara maritim, Kerajaan Demak berhasil menjadi daerah penghubung perdagangan dar Indonesia bagian barat dan timur. 

Sejak Portugis menguasai Malaka, perdagangan Demak dan Malaka menjadi terputus. Oleh karena itu, di bawah pimpinan Pati Unus, pada tahun 1513 Demak mengadakan penyerangan ke Malaka dengan tujuan merebut Malaka dari Portugis, tetapi mengalami kegagalan.

2)    Pati Unus (1518 – 1521)

Pati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor, karena jasanya memimpin armada dalam penyerangan Portugis di Malaka. Sepeninggal Pati Unus terjadi perebutan kekuasaan antara adiknya yaitu Pangeran Sekar dan Pangeran Trenggono. Namun persaingan tersebut dapat dimenangkan oleh Pangeran Trenggono yang kelak menjadi Raja Demak menggantikan Adipati Unus, dengan gelar Sultan Trenggono.

3)    Sultan Trenggono

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Demak mengalami kejayaan. Hampir seluruh Pulau Jawa dapat dikuasai Kerajaan Demak. Pada tahun 1527 Demak mengadakan penyerangan ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahilah/Faletehan dengan tujuan untuk menggagalkan terjadinya kerja sama antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis. Dengan kemenangan di Jawa Barat, Fatahilah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527.Pada tahun 1546 Sultan Trenggono wafat dalam pertempuran merebut daerah Pasuruan.

4)    Arya Penangsang (1546 – 1558)

Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya perebutan kekuasaan antara Arya Penangsang dengan Sunan Prawoto, yang akhirnya dimenangkan oleh Arya Penangsang. Namun Arya Penangsang akhirnya dapat ditumpas oleh Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya).Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang berkembang menjadi kerajaan agraris maritim, karena letaknya yang strategis untuk jalur pelayaran dan sebagai daerah penghasil beras dalam jumlah yang cukup besar. Sebagai negara maritim, Demak menjadi daerah perdagangan yang ramai.

4.Kerajaan Pajang


Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Kerajaan Pajang


            Kerajaan ini didirikan oleh Jaka Tingkir pada tahun 1568 – 1582 setelah berhasil mengalahkan Arya Penangsang dan memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang. Kemudian ia bergelar Sultan Hadiwijaya. Sepeninggal Sultan Hadiwijaya terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Banowo yang mendapat bantuan Sutawijaya. Namun, karena Pangeran Banowo tidak sanggup memimpin Kerajaan Pajang, maka tahta Kerajaan diserahkan kepada Sutawijaya.

5.Kerajaan Mataram Islam


Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Kerajaan Mataram Islam


            Kerajaan Mataram Islam ini didirikan oleh Sutawijaya pada tahun 1586 setelah memindahkan pemerintahan Kerajaan Pajang. Letak Kerajaan Mataram ada di daerah Jawa Tengah bagian selatan dengan pusat di Kotagede. 

Berikut ini raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram.

1)    Sutawijaya (1586 – 1601)

Sutawijaya merupakan raja pertama Mataram sekaligus pendiri Mataram, bergelar Panembahan Senopati. Pada masa pemerintahannya banyak pemberontakan di berbagai daerah karena tidak mau mengikuti Panembahan Senopati sebagai raja. Namun satu per satu pemberontakan dapat diatasi.

2)    Mas Jolang (1601 – 1613)

Mas Jolang menjadi raja dengan gelar Sultan Anyokrowati. Ia berusaha pula memperluas kekuasaan dengan tujuan memperkuat ekonomi maupun politik Mataram. Pada tahun 1613 Mas Jolang wafat di Desa Krapyak sewaktu berusaha menundukkan daerah Surabaya. Oleh karena itu ia dikenal dengan Panembahan Seda Krapyak.

3)    Raden Mas Rangsang

Raden Mas Rangsang menjadi raja dengan gelar Sultan Agung Hanyokrokusumo. Ia bersifat sangat anti VOC dan sangat menentang masuknya kekuasaan VOC di Jawa dan Mataram khususnya. Pada masa pemerintahannya Mataram mengalami kejayaan. Berikut usaha-usaha yang dilakukan Sultan Agung Hanyokrokusumo selama memerintah Mataram.

a)    Bidang Politik

·         Membagi Mataram menjadi beberapa wilayah, yaitu sebagai berikut.
-       Keraton sebagai pusatnya (Kutanegara/Kutagara).
-       Wilayah sekitar keraton seperti Kedu, Bugelen, dan Pajang.
-       Agung ada dua wilayah yaitu wilayah Pantai dan wilayah luar Mataram

·         Menyatukan kekuasaan daerah-daerah Islam sehingga wilayahnya meliputi hampir seluruh Pulau Jawa.

·         Mengadakan penyerangan terhadap VOC di Batavia tahun 1628 dan 1629, namun mengalami kegagalan karena jarak antara Mataram dan Batavia sangat jauh, kekurangan dukungan logistik, kalah dalam persenjataan, banyak prajurit Mataram yang mati terjangkit, koordinasi yang kurang kompak, akibat pengkhianatan seorang warganya.

b)    Bidang Ekonomi, berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatkan produksi beras. Bahkan Mataram menjadi salah satu negara penghasil beras yang terbesar sehingga tumbuh menjadi negara agraris.

c)    Bidang Budaya, keadaan yang mengalami perkembangan pesat. Lahir kebudayaan kejawen yang merupakan akulturasi dan asimilasi antar kebudayaan Jawa dan Islam seperti Grebeg Syawal, Grebeg Mulud, Sultan Agung juga berhasil menyusun tarikh Jawa, disamping kitab sastra seperti Sastra Gending, Niti Sastra, dan Astabrata.

4)    Sunan Amangkurat (1645 – 1677)

Selama masa pemerintahannya, kekuasaan VOC mulai masuk ke Mataram. Hal ini terjadi Sunan Amangkurat cenderung bekerja sama dengan VOC, karena VOC sewenang-wenang maka timbul pemberontakan Trunojoyo.

5)    Sunan Amangkurat II

Wilayah kekuasaan Mataram makin sempit karena banyak wilayah Mataram yang diambil alih oleh VOC. Hal ini menyebabkan Sunan Amangkurat II harus mendirikan kota baru untuk Mataram yaitu daerah Wonokerto (Kartasura).Untuk memperkuat kedudukannya di Mataram, VOC mengadakan politik adu domba di antara pangeran di kalangan kerajaan. Pada tahun 1755 Belanda mengadakan Perjanjian Giyanti yang isinya membagi Mataram menjadi dua wilayah. 

Berikut isi Perjanjian Giyanti.

a)    Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat diperintah oleh Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I.

b)    Mataram Timur yang dikenal dengan nama Kasunanan Surakarta diperintah oleh Sri Susuhanan.

Pada tahun 1757 diadakan Perjanjian Salatiga yang isinya Kasunanan dipecah lagi menjadi Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegara. Kemudian tahun 1813 Kasultanan Yogyakarta dipecah lagi menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alam.

Kehidupan ekonomi masyarakat Mataram mengandalkan sektor pertanian, namun daerah-daerah pesisir pantai mata pencahariannya perdagangan dan pelayaran. Kehidupan sosial masyarakat bersifat feodal dan banyak tuan tanah.

6.Kerajaan Banten


Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Kerajaan Banten


            Berdirinya Kerajaan Banten berawal dari adanya ekspansi Demak ke Barat. Menghadapi ekspansi Demak yang terus meluas. Kerajaan Pajajaran mengadakan perjanjian kerja sama dengan Portugis. Untuk itu di bawah pimpinan Fatahilah, Demak mengadakan penyerbuan ke Pajajaran. Setelah berhasil, Fatahilah mendirikan Kerajaan Banten. Namun oleh Fatahilah kekuasaan Kerajaan Banten diserahkan kepada anaknya yaitu Sultan Hasanudin, sedang beliau ke Cirebon.

Berikut raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten.

1)    Sultan Hasanudin (1552 – 1570)

Di bawah pemerintahannya, Banten mengalami  kemajuan yang pesat dan wilayahnya meliputi Sunda Kelapa, Bengkulu, dan Lampung.

2)    Maulana Yusuf (1570 – 1580)

Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil menaklukkan Pajajaran dan mengislamkan seluruh penduduknya, sehingga runtuhlah Kerajaan Hindu di Jawa Barat.

3)    Maulana Muhammad bergelar Kanjeng Ratu Banten (1580 – 1586)

Pada tahun 1586, ia memimpin serangan dan menaklukkan Palembang dengan tujuan menduduki bandar-bandar perdagangan yang terletak dekat selat Malaka. Namun mengalami kegagalan bahkan beliau wafat dalam pertempuran.

4)    Abdul Muzakir (1586 – 1640)

Pada saat pemerintahannya datanglah orang Belanda untuk pertama kalinya di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Tujuan utamanya untuk  membeli rempah-rempah.

5)    Sultan Ageng Tritayasa (1651 – 1692)

Di bawah pemerintahannya, Banten mengalami kejayaan. Ia berhasil membangun kembali perdagangan dan berusaha mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Pada tahun 1676 ia mengangkat putranya yang bernama Sultan Haji menjadi raja pembantu. Sultan Haji cenderung bekerja sama dengan Belanda. Oleh karena itu, Sultan Ageng Tritayasa berusaha menarik kembali tahta tersebut. Terjadilah perang saudara antara ayah dan anaknya. Karena Sultan Haji mendapat bantuan dari Belanda maka Sultan Ageng dapat dikalahkan. Kemenangan tersebut merupakan awal kehancuran Banten. Kehidupan ekonomi rakyat Banten banyak ditopang dari sektor perdagangan, karena sebagai pusat pelayaran dan perdagangan, Banten memiliki bahan ekspor yaitu lada. Kehidupan sosialnya sudah berlandaskan pada ajaran Islam.

7.Kerajaan Cirebon


Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Kerajaan Cirebon


            Kerajaan Cirebon atau Kasultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Didirikan oleh Fatahilah pada masa pemerintahan Fatahilah. Kerajaan Cirebon sangat maju. Hubungan Kerajaan Cirebon dan Mataram sangat baik. Mataram menghormati Cirebon sebagai kerajaan yang didirikan oleh salah seorang wali. Fatahilah wafat dan dimakamkan di Gunung Jati. Setelah Fatahilah wafat, pemerintahan dipegang oleh Panembahan Ratu. Pada masa pemerintahannya, Cirebon di bawah kekuasaan Mataram. Kemudian ia digantikan oleh Panembahan Girilaya, yang membagi kasultanan menjadi dua wilayah yaitu Kanoman dan Kasepuhan. Kanoman pun pecah menjadi Kanoman dan Kacirebonan. Adanya pemisahan tersebut menyebabkan Kasultanan Cirebon melemah sehingga dikuasai VOC pada tahun 1861.Setelah perjanjian Kartasura tahun 1705, Cirebon makin lemah, VOC dan Mataram sepakat bahwa Cirebon berada di bawah pengawasan VOC.

8.Kerajaan Makassar



Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Kerajaan Makassar


            Pada abad ke-16 di Sulawesi berdiri kerajaan-kerajaan Islam, di antaranya Kerajaan Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini bergabung menjadi satu yaitu Kerajaan Makassar yang beribu kota di Sombaopu. Raja Gowa (Daeng Manrabia) menjadi raja dengan gelar Sultan Alaudin, sedangkan raja Tallo (Karaeng Mataoya) menjadi Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. 

Berikut ini raja-raja yang pernah memerintah di Makassar.

1)    Sultan Alaudin (1591 – 1639)

Dalam memimpin Makassar bersama Sultan Abdullah, Sultan Alaudin sangat memerhatikan perkembangan pelayaran dan perdagangan, sehingga Makassar menjadi bandar penting di wilayah Indonesia Timur.

2)    Sultan Hasanuddin (1654 – 1660)

Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai kejayaannya. Perdagangan dan pelayaran maju pesat dan wilayah bertambah luas. Juga telah disusun kitab UU hukum perdagangan yaitu Ade Allopiloping Bacanna Pabalue. Sultan Hasanuddin juga melakukan perlawanan terhadap Belanda yang ingin menerapkan  monopoli di Makassar. 

Kekuatan Sultan Hasanuddin mulai terdesak ketika Belanda menerapkan politik adu domba antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka, raja Bone. Puncaknya ketika Sultan Hasanuddin menandatangani perjanjian Bongaya tahun 1667, yang isinya sebagai berikut.
a)    Makassar melepaskan beberapa wilayah yang dikuasainya.
b)    VOC berhak memegang monopoli di Makassar.
c)    VOC dapat mendirikan benteng di Makassar yaitu Benteng Fort Rotterdam.
d)    Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

3)    Mapasombha

Mapasombha adalah penentang VOC, akan tetapi ia tidak mampu mempertahankan Makassar karena VOC sangat kuat. Kehidupan Kerajaan Makassar sebagian besar ditopang dari sektor pelayaran dan perdagangan. Hal ini karena selain letaknya yang strategis di tengah jalur pelayaran, juga karena suku bangsa Bugis dan Makassar adalah pelaut yang ulung.

9.Kerajaan Ternate


Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Kerajaan Ternate



            Ternate adalah salah satu Kerajaan yang maju dalam pelayaran dan perdagangan di Indonesia di bagian timur. Oleh karena itu timbul dua persekutuan dagang yaitu berikut.
1)    Uli lima yang terdiri atas Ambon, Bacan, Obi, Seram, dan Ternate sebagai ketuanya.
2)    Uli siwa yang beranggota Makean, Halmahera, Kai, pulau-pulau kecil lainnya, dan Tidore sebagai ketuanya.

Pada abad ke-14, agama Islam mulai berkembang di Ternate. Kerajaan Ternate berkembang pesat karena faktor kekayaan rempah-rempahnya dan kemajuan pelayaran dan perdagangan. Agama Islam juga mendapat perhatian. Hal ini dibuktikan dengan mengirim para pemuda ke Jawa untuk belajar Islam kepada Sunan Giri.

Pada masa pemerintahan Sultan Hairun, Ternate mengadakan penyerangan ke Portugis, namun mengalami kegagalan karena Sultan Hairun dibunuh oleh Portugis. Perjuangan dilanjutkan oleh Sultan Baabullah. Pada tahun 1575, benteng Portugis dapat direbut dan Portugis melarikan diri ke Ambon.

10.Kerajaan Tidore



Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada
Kerajaan Tidore


            Pada mulanya persaingan antara Ternate dan Tidore dalam masalah perdagangan. Persaingan tersebut diperuncing oleh kedatangan Portugis yang membantu Ternate dan Spanyol yang membantu Tidore. Konflik berhasil diselesaikan melalui Perjanjian Saragosa yang intinya Spanyol harus meninggalkan Maluku. Kemudian Ternate dan Tidore menyadari dan akhirnya bersatu melalui persekutuan Montir untuk melawan Portugis. Kerajaan Tidore mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Wilayah  kekuasaannya meliputi daerah Seram, Halmahera, Kepulauan Kei, dan Irian.


Demikianlah Artikel lengkap yang berjudul Sepuluh (10) Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia yang Pernah Ada. Semoga dapat bermanfaat bagi Sobat Edukasi Lovers  semuanya. Jika artikel ini bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan membagikan artikel ini untuk menjaga kelangsungan  web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih baik. Jika ada permintaan, pertanyaan, kritik, maupun saran, silahkan berikan komentar sobat semua di kolom komentar di bawah ini.

Terima Kasih…
Salam Edukasi…