Permasalahan Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia dengan Penjelasan Lengkap

Permasalahan Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia dengan Penjelasan Lengkap

 


Permasalahan Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia dengan Penjelasan Lengkap


1. Bentuk Keberagaman Masyarakat Indonesia

Kekayaan bangsa Indonesia akan keberagaman merupakan suatu hal yang harus dijadikan sebagai dorongan bagi masyarakat untuk mengenal dan memahami setiap keberagaman yang ada di masyarakat Indonesia, agar keberagaman yang dimiliki menjadi sebuah kekuatan sehingga bangsa Indonesia dapat lebih maju dan lebih bermartabat. Keberagaman masyarakat Indonesia meliputi agama, suku bangsa, budaya, adat istiadat, bahasa daerah, pandangan politik dan golongan.


a. Agama

Agama merupakan satu hal yang tidak terpisahkan  dari kehidupan masyarakat Indonesia. Keanekaragaman suku bangsa, letak geografis dan latar belakang sejarah, merupakan faktor penyebab terjadinya keragaman tersebut. Pemerintah menetapkan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghuchu sebagai agama resmi penduduk di Indonesia.


b. Suku Bangsa

Suku-suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa. Persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh faktor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia. Persebaran yang luas menjadikan suku bangsa di Indonesia mempunyai ciri dan karakter tersendiri yang berbeda antara satu suku bangsa yang satu dengan yang lainnya. Walaupun mempunyai suku bangsa yang beraneka ragam, kita tetap satu bangsa, tanah air, dan bahasa yakni bahasa Indonesia. Untuk itu mari kita harus menyadari bahwa keberagaman itu merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya dan harus dapat dijadikan sebagai kekuatan yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia.


c. Adat Istiadat

Adat merupakan peraturan tentang perbuatan manusia yang lazim dilakukan sejak zaman nenek moyang dan diikuti oleh keturunannya. Adat yang telah melembaga disebut adat istiadat. Adat istiadat berupa tata kelakukan yang relatif turun-temurun dari generasi ke generasi sebagai warisan nenek moyang sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku dalam masyarakat. Sedangkan adat yang mempunyai sanksi hukum disebut dengan hukum adat. Bangsa Indonesia mempunyai kekayaan adat istiadat yang beraneka ragam dari berbagai daerah di seluruh Nusantara. 


Bahkan, seorang ahli hukum adat Indonesia yakni Mr van Vollenhoven mengungkapkan tentang sistem lingkaran hukum adat yang mengklasifikasikan dari sekian ratus adat di Indonesia menjadi 19 lingkaran hukum adat atau suku bangsa yakni:

Aceh

Gayo, Alas dan Batak

Minangkabau

Sumatera Selatan

Melayu

Bangka dan Belitung

Kalimantan

Minahasa

Gorontalo

Toraja

Sulawesi Selatan

Ternate

Ambon

Timor

Irian Jaya

Bali dan Lombok

Jawa

Yogyakarta

Jawa Barat


Setiap suku bangsa mempunyai adat istiadat dan ciri khasnya masing-masing yang berbeda antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa lainnya. Hal ini nampak dari keanekaragaman budaya daerah seperti dari rumah adat, pakaian adat, senjata tradisional, alat musik tradisional, lagu-lagu daerah, tarian daerah, makanan khas tradisional, kerajinan khas daerah, upacara adat, sistem kekerabatan. 


Ada beberapa daerah di wilayah Indonesia yang mempunyai sistem kekerabatan yang masih kuat dianut oleh masyarakat. Sistem kekerabatan itu antara lain yakni sebagai berikut:


1) Parental

Sistem kekerabatan parental merupakan sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari kedua belah pihak (ayah dan ibu), kedudukan laki-laki dan perempuan sama. Misalnya di daerah Aceh dan Jawa Barat. Di daerah parental, apabila suatu anggota masyarakat akan menyelenggarakan pesta perkawinan, maka menurut adatnya biaya pesta ditanggung oleh kedua belah pihak, atau berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak. Di Jawa Barat misalnya dengan adat Sunda biasanya pihak laki-laki mengeluarkan biaya untuk membawa barang “Seserahan” serta memberikan bantuan dana untuk penyelenggaraan pesta kepada pihak perempuan sedangkan pihak perempuan mengeluarkan biaya untuk penyelenggaraan pesta.


2) Patrilineal

Sistem kekerabatan patrilineal menarik garis keturunan dari pihak bapak. Kedudukan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Misalnya, di daerah Palembang dan Batak. Di daerah patrilineal, jika ada suatu anggota masyarakat akan menyelenggarakan pesta perkawinan maka seluruh biaya perkawinan ditanggung oleh pihak laki-laki, sedangkan pihak perempuan tidak dibebankan untuk menanggung biaya perkawinan kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak.


3) Matrilineal

Matrilineal merupakan sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ibu. Kedudukan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Misalnya, di daerah Minangkabau. Di daerah matrilineal, jika ada suatu anggota masyarakat akan menyelenggarakan pesta perkawinan, maka biaya perkawinan sepenuhnya ditanggung oleh pihak perempuan, dan pihak laki-laki tidak dibebankan untuk menanggung biaya perkawinan, kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak.


2. Pengaruh Keberagaman Masyarakat Indonesia

Keberagaman masyarakat Indonesia menjadi suatu kekuatan bagi tumbuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat kita, keberagaman ini belum sepenuhnya menjadi sebuah kekuatan, tapi menjadi pemicu terjadinya perselisihan dalam masyarakat. Dampak positif yang ditimbulkan dari keberagaman masyarakat Indonesia antara lain:

1) Menjadi sarana untuk memajukan pergaulan antarsuku, agama, budaya, dan golongan

2) Terciptanya integrasi nasional

3) Dapat memperkaya khazanah budaya bangsa

4) Merupakan kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia


Di samping itu, dampak negatif yang ditimbulkan dari keberagaman masyarakat Indonesia antara lain yakni:

1) Munculnya sikap primordialisme, yakni pandangan yang berpegang teguh pada hal-hal yang dibawa sejak kecil baik mengenai tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di lingkungan pertamanya.


2) Munculnya sikap etnosentrisme, yakni suatu pandangan yang menganggap bahwa suku bangsanya sendiri lebih unggul dibandingkan dengan suku yang lainnya.


3) Fanatisme yang berlebihan, yakni paham yang berpegang teguh secara berlebihan terhadap keyakinan sendiri sehingga menganggap salah terhadap keyakinan yang lain.


4) Terjadinya konflik dalam masyarakat


3. Permasalahan yang mungkin Muncul dalam Keberagaman Masyarakat Indonesia

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beraneka ragam karena terdiri atas berbagai agama, suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah dan lain sebagainya. Keanekaragaman tersebut terdapat di berbagai wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman masyarakat kita merupakan kekayaan bangsa Indonesia. Hal ini juga menjadi daya tarik bangsa lain untuk datang ke Indonesia. 


Keberagaman ini semakin menarik dengan letak geografis dan keindahan alam Indonesia. Masyarakat yang beragam menandai betapa besarnya bangsa Indonesia. Hal ini merupakan anugerah Tuhan Yang Mahakuasa yang patut dihargai dan dihormati. Oleh karena itu, kita wajib selalu bersyukur atas anugerah ini dengan selalu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan kita akal budi, sehingga kita harus menanggapi secara bijak dan positif keberagaman yang ada. Karena keberagaman masyarakat mempunyai potensi juga terhadap timbulnya berbagai masalah dalam masyarakat Indonesia. 


Salah satu karakteristik keberagaman ialah adanya perbedaan. Perbedaan tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab masalah seperti putusnya rasa persahabatan, perkelahian antarpelajar, perkelahian antarkampung dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa keberagaman masyarakat Indonesia juga dapat memicu timbulnya sejumlah permasalahan di dalam masyarakat Indonesia sendiri yakni adanya konflik. Apa saja bentuk konflik pada masyarakat Indonesia? Dan mengapa konflik dapat terjadi dalam masyarakat Indonesia?. 


Berikut ini merupakan pembahasan selengkapnya:

1) Bentuk Konflik pada Masyarakat Indonesia

Konflik dalam masyarakat dapat dikelompokkan berdasarkan tingkatannya yakni konflik ideologi dan konflik politik. Konflik ideologi terjadi karena perbedaan ideologi dalam masyarakat. Contoh konflik ideologi ialah peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia yang merupakan penolakan bangsa Indonesia terhadap ideologi komunis. 


Adapun konflik politik merupakan pertentangan yang disebabkan perbedaan kepentingan dalam memperoleh kekuasaan atau merumuskan kebijakan pemerintah. Contoh nyata konflik politik antara lain bentrokan akibat proses pemilihan umum, bentrokan menolak kebijakan pemerintah atau menuntut sesuatu. Berdasarkan jenisnya terdapat konflik antarsuku, konflik antar agama, konflik antarras dan konflik antar golongan. 


Berikut uraian konflik berdasarkan jenisnya:

a) Konflik antar suku, yakni pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain. Perbedaan suku sering kali menyebabkan perbedaan adat istiadat, budaya, sistem kekerabatan, dan norma sosial dalam masyarakatnya. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan masalah bahkan konflik dalam masyarakatnya.


b) Konflik antar agama, yakni pertentangan antara kelompok yang mempunyai keyakinan atau agama berbeda. Konflik ini dapat terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.


c) Konflik antar ras, yakni pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis, yakni memperlakukan orang berbeda-beda berdasarkan ras.


d) Konflik antar golongan, yakni pertentangan antara kelompok atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan lain sebagainya.


Perlu dipahami bahwasanya pertentangan antara dua orang yang berbeda suku, belum tentu dapat dikategorikan sebagai konflik antarsuku. Hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor lain misalnya masalah pribadi yang tidak berkaitan dengan perbedaan suku. Konflik antarsuku dapat berawal dari konflik antarpribadi. Contohnya D yang berasal dari suku Y mempunyai masalah pribadi dengan E yang berasal dari suku Z karena hutang piutang. 


Masalah yang bersifat pribadi ini dapat berkembang menjadi konflik antarsuku apabila keduanya kemudian saling menghina asal daerah atau suku masing-masing. Konflik antarpribadi ini akan berkembang lebih lanjut, apabila masing-masing orang ini, meminta bantuan kepada orang lain yang berasal dari suku masing-masing. Hal ini juga bisa terjadi pada konflik individu dengan kelompok, maupun konflik kelompok dengan kelompok yang berkembang menjadi konflik antarsuku, antarras, antar agama dan antar golongan. 


Contohnya yakni sekelompok pengemudi angkutan umum saling bertentangan dengan kelompok pengemudi lain karena memperebutkan penumpang. Pertentangan ini seolah-olah pertentangan antar suku karena terkadang kelompok pengemudi yang satu sebagian besar berasal dari suku A, sedangkan kelompok lain berasal dari suku B. 


2) Penyebab Konflik dalam Masyarakat

Konflik dalam masyarakat bukan merupakan proses yang terjadi secara tiba-tiba. Peristiwa ini terjadi melalui proses yang ditandai oleh beberapa gejala dalam masyarakat. Gejala yang menunjukkan adanya konflik sosial dalam masyarakat, antara lain yakni sebagai berikut:

a) Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.

b) Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.

c) Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.

d) Sanksi terhadap pelanggar atas norma tidak tegas atau lemah

e) Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku

f) Terjadi proses disosiatif yakni proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat, tindakan kontroversial dan pertentangan (konflik).


Adapun beberapa gejala dalam masyarakat yang mempunyai potensi menjadi penyebab konflik sosial antara lain yakni sebagai berikut:

a) Gejala Menguatnya Etnosentrisme Kelompok

Etnosentrisme berasal dari kata “etnos” yang berarti suku, sedangkan sentrisme berarti titik pusat. Dengan demikian etnosentrisme mempunyai arti perasaan suatu kelompok dimana kelompoknya merasa dirinya paling baik, paling benar, paling hebat, sehingga mengukur kelompok lain dengan nilai dan norma kelompoknya sendiri. Sikap etnosentrisme tidak hanya terdapat dalam kelompok suku, namun juga terdapat dalam kelompok lainnya seperti kelompok pelajar, partai politik, pendukung tim sepakbola dan lain sebagainya. Perkelahian pelajar terkadang disebabkan oleh sikap kelompoknya merasa lebih baik, lebih kuat, dari kelompok pelajar lain.


b) Stereotip Terhadap Suatu Kelompok

Stereotip terhadap suatu kelompok yakni anggapan yang dimiliki terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik. Misalnya anggapan bahwa suatu kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan lain sebagainya. Stereotip ini dapat terjadi terhadap kelompok agama, suku, ras, maupun golongan seperti geng sepeda motor, kelompok remaja tertentu, organisasi kemasyarakatan dan sebagainya. Stereotip mengakibatkan sikap prasangka terhadap suatu kelompok sesuai dengan anggapan negatif tersebut.


c) Hubungan Antar Penganut Agama yang Kurang Harmonis

Sikap fanatisme yang sangat berlebihan terhadap kepercayaan/keyakinan masing-masing bisa menimbulkan  sikap tidak toleran terhadap agama lain. Berpegang teguh pada ajaran  agama masing-masing adalah keharusan. Namun, kita tidak boleh memaksakan suatu keyakinan kepada orang lain. Keberagaman agama bisa menimbulkan perbedaan dalam mengatasi suatu persoalan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut dapat berkembang menjadi konflik apabila tidak mengembangkan sikap saling menghormati agama dan keyakinan orang lain.


d) Hubungan Antara Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang yang Kurang Harmonis 

Hubungan antara penduduk asli dan penduduk pendatang yang kurang harmonis dapat menimbulkan berbagai masalah dalam masyarakat yang beragam. Ketidakharmonisan dapat terjadi dengan diawali rasa ketidakadilan dalam bidang ekonomi, politik, ketersinggungan, keterbatasan komunikasi dan lain sebagainya.



Konflik yang terjadi dalam masyarakat sering kali disebabkan oleh banyak faktor sehingga konflik yang terjadi bersifat kompleks atau rumit.


3) Akibat yang Ditimbulkan oleh Terjadinya Konflik

Konflik yang terjadi dalam masyarakat merupakan gejala sosial, apalagi masyarakat yang beraneka ragam. Ada yang berpendapat bahwa konflik senantiasa akan ada dalam masyarakat, hanya berbeda ruang dan waktu. Sulit menemukan masyarakat tanpa konflik sepanjang masa. Namun demikian, kita harus mencegah agar konflik yang terjadi dalam masyarakat tidak terjadi secara terus menerus dan membawa akibat yang merugikan semua pihak. Konflik dalam masyarakat mempunyai akibat positif dan negatif, baik secara perorangan maupun kelompok. Salah satu akibat positif konflik adalah bertambah kuatnya rasa solidaritas kelompok. Hubungan antar anggota kelompok atau masyarakat semakin kuat. 


Namun, konflik juga mempunyai akibat yang negatif, antara lain yakni sebagai berikut:

a) Perpecahan dalam Masyarakat

Perpecahan merupakan akibat nyata dari konflik yang terjadi dalam masyarakat. Kerukunan masyarakat akan terganggu akibat konflik yang terjadi. Anggota yang sebelumnya saling bertetangga berubah menjadi tidak saling bertegur sapa, saling membenci, saling berprasangka, dan lain sebagainya. Apabila konflik terjadi di sekolah, hal ini akan membuat hubungan dengan teman putus, suasana belajar tidak nyaman dan tidak tertib.


b) Kerugian Harta benda dan Korban Manusia

Kehancuran harta benda sering terjadi akibat konflik dalam masyarakat. Kerusakan fasilitas umum, rumah pribadi, serta taman yang rusak merupakan contoh nyata akibat dari konflik. Konflik juga dapat mengakibatkan korban jiwa dalam masyarakat.


c) Kehancuran Nilai-nilai dan Norma Sosial yang Ada

Nilai-nilai dan norma sosial dapat hancur akibat konflik dalam masyarakat, seperti nilai kasih sayang, kekeluargaan, saling menolong, dan persaudaraan. Nilai-nilai ini dapat digantikan oleh rasa dendam, curiga, tidak percaya kelompok lain, dan sebagainya. 


d) Perubahan Kepribadian

Kepribadian seseorang dapat berubah akibat konflik, contohnya anak-anak korban konflik akan menjadi pemurung, takut melihat orang lain, atau dendam. Orang yang terlibat konflik dapat menjadi beringas, pemarah dan agresif.


Penjabaran di atas mempertegas bahwasanya konflik yang terjadi dalam masyarakat lebih membawa akibat negatif daripada akibat positif. Oleh sebab itu, kita harus mencegah terjadinya konflik dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat yang tenteram dan damai tanpa konflik merupakan dambaan dari setiap orang. Kita dapat belajar dengan tenang bila tidak ada konflik. Setiap warga memiliki kewajiban untuk memelihara keberagaman dalam masyarakat tanpa menimbulkan masalah akibat keberagaman tersebut.