Sejarah Kerajaan Tarumanegara Beserta
Penjelasannya Terlengkap
Sejarah Kerajaan Tarumanegara Beserta Penjelasannya Terlengkap |
Selamat Datang
di Web Pendidikan www.edukasinesia.com
Hallo sobat Edukasi Lovers, senang
sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat membagikan artikel untuk
menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers semua. Artikel yang akan
saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Sejarah
Kerajaan Tarumanegara Beserta Penjelasannya Terlengkap
1.Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
|
Sejarah Berdirinya Kerajaan
Tarumanegara masih dipertanyakan oleh para ahli sejarah. Satu-satunya sumber
sejarah yang secara lengkap membahas mengenai Kerajaan Tarumanegara adalah
Naskah Wangsakerta. Naskah Wangsakerta tersebut masih menjadi perdebatan
di antara para sejarawan tentang keaslian isinya.
Menurut Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa wilayah Nusantara lainnya didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari perlindungan akibat terjadinya peperangan besar di sana. Para pengungsi itu umumnya berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana di India, pihak yang kalah dalam peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India).
Salah satu dari rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang Maharesi yang bernama Jayasingawarman. Setelah mendapatkan persetujuan dari raja yang berkuasa di barat Jawa (Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum. Pemukimannya oleh Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma).
Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain, sehingga Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa berkembang menjadi setingkat kota (Nagara). Semakin hari, kota ini semakin menunjukkan perkembangan yang pesat, karena itulah Jayasingawarman kemudian membentuk sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara.
Sejarah tertua yang
berkaitan dengan pengendalian banjir dan sistem pengairan adalah pada masa
Kerajaan Tarumanegara. Untuk mengendalikan banjir dan usaha pertanian yang
diduga di wilayah Jakarta saat ini, maka Raja Purnawarman menggali Sungai
Candrabaga. Setelah selesai melakukan penggalian sungai maka raja
mempersembahkan 1.000 ekor lembu kepada brahmana. Berkat sungai itulah penduduk
Kerajaan Tarumanegara menjadi makmur. Purnawarman adalah raja yang terkenal dari
Kerajaan Tarumanegara.
Perlu diketahui bahwa setelah Kerajaan Kutai berkembang
di Kalimantan Timur, di Jawa bagian barat muncul Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan
Tarumanegara ini terletak tidak jauh dari pantai utara Jawa bagian
barat. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan letak pusat Kerajaan
Tarumanegara diperkirakan berada di antara Sungai Citarum dan Cisadane. Kalau
mengingat namanya Tarumanegara, dari kata taruma mungkin berkaitan dengan kata
tarum yang artinya nila.
Kata tarum dipakai sebagai nama sebuah sungai di Jawa
Barat, yakni Sungai Citarum. Mungkin juga letak Tarumanegara dekat dengan aliran
Sungai Citarum. Kemudian berdasarkan Prasasti Tugu, Purbacaraka memperkirakan
pusatnya ada di daerah Bekasi. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara yang utama
adalah beberapa prasasti yang telah ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan
Kerajaan Tarumanegara, telah ditemukan tujuh buah prasasti. Prasasti-prasasti itu
berhuruf pallawa dan berbahasa sanskerta. Prasasti itu adalah :
1) Prasasti
Tugu
Prasasti Tugu |
Inskripsi yang
dikeluarkan oleh Purnawarman ini ditemukan di Kampung batutumbuh, Desa
Tugu, dekat Tanjungpriuk, Jakarta. Dituliskan dalam lima baris tulisan beraksara
pallawa dan bahasa sanskerta. Inskripsi tersebut isinya yakni sebagai berikut:
“Dulu (kali
yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempunyai
lengan kencang dan kuat,(yakni Raja Purnawarman),untuk mengalirkannya ke
laut, setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang termashur.
Pada tahun
ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilauan-kilauan karena
kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja,(maka
sekarang) beliau memerintahkan pula menggali kali yang permai dan berair
jernih, Gomati namanya, setelah kali itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman
Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Sang Purnawarman).Pekerjaan ini dimulai pada
hari yang baik, tanggal delapan paroh gelap bulan Phalguna dan selesai pada
tanggal 13 paroh terang bulan Caitra, jadi hanya dalam 21 hari saja, sedang
galian itu panjangnya 6.122 busur (sekitar 11 km).Selamatan baginya dilakukan
oleh brahmana disertai persembahan 1.000 ekor sapi”
2) Prasasti
Ciaruteun
Prasasti
Ciaruteun ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun
Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti terdiri atas dua bagian, yaitu Inskripsi A yang
dipahatkan dalam empat baris tulisan beraksara pallawa dan bahasa sanskerta, dan
inskripsi B yang terdiri dari satu baris tulisan yang belum dapat dibaca dengan
jelas. Inskripsi ini disertai pula gambar sepasang telapak kaki. Inskripsi A
isinya yakni sebagai berikut:
“Ini (bekas)
dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
Beberapa sarjana telah berusaha membaca
inskripsi B, namun hasilnya belum memuaskan. Inskripsi B ini dibaca oleh J.L.A.
Brandes debagai Cri Tji aroe? Eun waca (Cri Ciaruteun wasa),sedangkan H. Kern
membacanya Purnavarmma-padam yang berarti “telapak kaki Purnawarman”.
3) Prasasti
Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi |
Prasasti Kebon
Kopi ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun
Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasastinya dipahatkan dalam satu baris yang diapit
oleh dua buah pahatan telapak kaki gajah.
Isinya yakni sebagai berikut:
“Di sini tampak sepasang telapak kaki…… yang seperti (telapak kaki) Airawata,gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam…… dan (?) kejayaan”.
“Di sini tampak sepasang telapak kaki…… yang seperti (telapak kaki) Airawata,gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam…… dan (?) kejayaan”.
4) Prasasti
Muara Cianten
Prasasti Muara
Cianten terletak di Muara Kali Cianten, Kampung Muara, Desa Ciaruteun
Hilir,Cibungbulang, Bogor. Inskripsi ini belum dapat dibaca. Inskripsi ini
dipahatkan dalam bentuk “aksara” yang menyerupai sulur-suluran, dan oleh para
ahli disebut aksara ikal.
5) Prasasti
Jambu (Pasir Koleangkak)
Prasasti Jambu
terletak di sebuah bukit (pasir) Koleangkak, Desa Parakan Muncang, Nanggung,
Bogor. Inskripsinya dituliskan dalam dua baris tulisan dengan aksara pallawa dan
bahasa sansekerta. Isinya yakni sebagai berikut:
“Gagah, mengagumkan
dan jujur terhadap tugasnya, adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang
termashur Sri Purnawarman, yang sekali waktu (memerintah) di Tarumanegara dan
yang baju zirahnya yang terkenal tiada dapat ditembus senjata musuh.
Ini adalah
sepasang telapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur musuh, hormat
kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging musuh-musuhnya”.
6) Prasasti
Cidanghiang (Lebak)
Prasasti
Cidanghiang (Lebak) terletak di tepi kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul, Banten
Selatan. Dituliskan dalam dua baris tulisan beraksara pallawa dan bahasa
sanskerta. Isinya yakni sebagai berikut:
“Inilah (tanda)
keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari Raja Dunia, Yang
Mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja-raja.
7) Prasasti
Pasir Awi
Inskripsi ini
terdapat di sebuah bukit bernama Pasir Awi, di kawasan perbukitan Desa
Sukamakmur, Jonggol, Bogor.Inskripsi prasasti ini tidak dapat dibaca karena
inskripsi ini lebih berupa gambar (piktografi) dari pada tulisan. Di bagian atas
inskripsi terdapat sepasang telapak kaki.
Sumber berita dari luar negeri
Sumber-sumber dari luar negeri semuanya
berasal dari berita Tiongkok.
1.
Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya
yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa")
hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah
orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor"
(maksudnya animisme). Ye Po Ti selama ini sering dianggap sebutan Fa Hien
untuk Jawadwipa, tetapi ada pendapat lain yang mengajukan bahwa Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di Lampung, di daerah
aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti-bukti peninggalan
kerajaan kuno berupa punden berundak dan lain-lain yang sekarang terletak di
taman purbakala Pugung Raharjo, meskipun saat ini Pugung Raharjo terletak
puluhan kilometer dari pantai tetapi tidak jauh dari situs tersebut ditemukan
batu-batu karang yang menunjukkan daerah tersebut dulu adalah daerah pantai persis
penuturan Fa hien
2.
Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa
tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang
terletak di sebelah selatan.
3.
Berita Dinasti Tang, juga menceritakan
bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan
bahwa istilah To-lo-mo secara
fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah
dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang
Taruma.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang
antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasasti-prasasti tersebut diketahui raja
yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut
prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten,
Jakarta, Bogor dan Cirebon.
2.Sejarah Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara mulai berkembang pada
abad ke-5 M. Raja yang sangat terkenal adalah Purnawarman. Ia dikenal sebagai
raja yang gagah, berani, dan tegas. Ia juga dekat dengan kaum
brahmana, pangeran, dan rakyat. Ia raja yang jujur, adil, dan arif dalam
memerintah. Daerahnya cukup luas sampai ke daerah Banten. Kerajaan Tarumanegara
telah menjalin hubungan dengan kerajaan lain, misalnya dengan Cina. Dalam
kehidupan agama, sebagian besar masyarakat Tarumanegara memeluk agama
Hindu.
Sedikit yang beragama Buddha dan masih ada yang mempertahankan agama
nenek moyang (animisme).Berdasarkan berita dari Fa-Hien, di To-lo-mo
(Tarumanegara) terdapat tiga agama, yakni agama Hindu, agama Buddha dan
kepercayaan Animisme. Raja memeluk agama Hindu. Sebagai bukti, pada prasasti
Ciaruteun ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki Dewa Wisnu. Sumber
Cina lainnya menyatakan bahwa, pada masa Dinasti T’ang terjadi hubungan
perdagangan dengan Jawa. Barang-barang yang diperdagangkan adalah kulit
penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah. Dituliskan pula bahwa penduduk
daerah itu pandai membuat minuman keras yang terbuat dari bunga kelapa.
Rakyat Tarumanegara hidup aman dan tenteram. Pertanian merupakan mata
pencaharian pokok. Di samping itu, perdagangan juga berkembang. Kerajaan
Tarumanegara mengadakan hubungan dagang dengan Cina dan India. Untuk memajukan
bidang pertanian, raja memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah saluran sepanjang
6112 tumbak (sekitar 11 km).Saluran itu disebut dengan Sungai Gomati. Saluran
itu selain berfungsi sebagai irigasi juga untuk mencegah bahaya banjir.
1) Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah
berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti
Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah
kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali
ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan
sawah-sawah pertanian rakyat.
2) Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan
rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan
terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat, karena dapat
dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas
pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar.
Juga perdagangan dengan daerah-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan
perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.
3) Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah
teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha
untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga
sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para dewa.
4) Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf
dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan
Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu
sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti
tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.
Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Tarumanagara
Kehidupan
perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal ini
dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau
penggalian saluran Gomati yang panjangnya 6112 tombak (12 km) selesai
dikerjakan dalam waktu 21 hari. Masyarakat Kerajaan Tarumanegara juga
berprofesi sebagai pedagang mengingat letaknya yang strategis berada di dekat
selat sunda.
Pembangunan/penggalian itu
mempunyai arti ekonomis bagi rakyat, karena dapat digunakan sebagai sarana
pengairan dan pencegahan banjir. Selain penggalian saluran Gomati dalam
prasasti Tugu juga disebutkan penggalian saluran Candrabhaga. Dengan demikian
rakyat akan hidup makmur, aman, dan sejahtera.
Dari segi kebudayaan sendiri, Kerajaan
Tarumanegara bisa dikatakan kebudayaan mereka sudah tinggi. Terbukti dengan
penggalian sungai untuk mencegah banjir dan sebagai saluran irigasi untuk
kepentingan pertanian. Terlihat pula dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf
pada prasasti yang ditemukan, menjadi bukti kebudayaan masyarakat pada saat itu
tergolong sudah maju.
PENINGGALAN SEJARAH :
Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara
diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Sumber dari dalam negeri berupa prasasti batu yang ditemukan, sedangkan dari
luar negeri berasal dari catatan kerajaan cina.
1.
Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di
perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor. Dalam prasasti ini terdapat
lukisan kaki gajah yang melambangkan Airawata yaitu gajah tunggangan
Wisnu. Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi
keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s
halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam
Terjemahannya:
Kedua
jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata
kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut
mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang
dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I,
sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah
tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara
berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah.
Demikian pula mahkota
yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah.
Ukiran
bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun
yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah
mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota
teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih
belum terpecahkan bacaannya sampai sekarang.
Demikian pula tentang ukiran
sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang
labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan).
Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Taruma dan ukiran sepasang
"bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan"
nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang
terdapat pada prasasti Ciaruteun.
2.
Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya,
Kabupaten Bekasi,(kec
Cilingcing,Jakarta Utara) sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti
tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru
dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.
Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari
bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan
Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
Prasasti
Tugu lebih jelasnya menerangkan :
1)
Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu
sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai
tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut
Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang
istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
2)
Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan
angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga
sama dengan bulan Februari dan April.
3)
Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana
disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.
3.Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul atau
prasasti lebak
ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang
mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten tahun
1947 berbahasa sansekerta, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
4.Prasasti
Ciaruteun, Ciampea, Bogor
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ci
Aruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun
pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini
peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta. Isinya adalah
puisi empat baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh
shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam
Terjemahannya
menurut Vogel:
Kedua
(jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia
yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanegara.
Selain
itu, ada pula gambar sepasang "padatala" (telapak kaki), yang
menunjukkan tanda kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda
tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu
menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka
Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan
Tarumanegara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama
"Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.
Salinan
gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara
to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor.
Prasasti
Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara
sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan
metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta
sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.
Gambar
telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
1. Cap
telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat
ditemukannya prasasti tersebut).
2. Cap
telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya
penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan
kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai
penguasa sekaligus pelindung rakyat
5.Prasasti
Muara Cianten, Ciampea, Bogor
Prasasti Muara Cianten terletak di
tepi(sungai) Cisadane dekat Muara Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan
prasasti Pasir Muara (Pasiran Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung
Pasirmuara. Ditemukan di Bogor ditulis dalam aksara iklal yang belum dapat
dibaca.
Disamping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
6.Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi
prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanegara yang terletak di
puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit
ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak
kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman
data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma
pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane
nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam
ripunam.
Terjemahannya
menurut
Vogel:
Yang
termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri
Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus
oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang
selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan
kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi
musuh-musuhnya.
7.Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Ditemukan didaerah leuwiliang, juga tertulis
dalam aksara iklal yang belum dapat dibaca. Prasasti Pasir Awi berpahatkan
gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga
berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.
8. Prasasti Pasir Muara
Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara,
di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman.
Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :
ini
sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa
barpulihkan haji su-nda
Terjemahannya
menurut Bosch:
Ini tanda
ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi
(4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Karena
angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan
"angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti
tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi.
Sumber
berita dari luar negeri
Sumber-sumber dari luar negeri semuanya
berasal dari berita Tiongkok.
1. Berita
Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa
di Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang
beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan
"beragama kotor" (maksudnya animisme). Ye Po Ti selama ini sering
dianggap sebutan Fa Hien untuk Jawadwipa, tetapi ada pendapat lain yang
mengajukan bahwa Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di Lampung, di daerah aliran way
seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno
berupa punden berundak dan lain-lain yang sekarang terletak di taman purbakala
Pugung Raharjo, meskipun saat ini Pugung Raharjo terletak puluhan kilometer
dari pantai tetapi tidak jauh dari situs tersebut ditemukan batu-batu karang yang
menunjukkan daerah tersebut dulu adalah daerah pantai persis penuturan Fa
hien.
2. Berita
Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari
To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita
Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan
dari To-lo-mo.
Dari tiga
berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara
fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.
Maka
berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui
beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.
Kerajaan
Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan
prasasti-prasasti tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah
Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi
hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan
Cirebon.
Candi
Jiwa di situs Percandian Batujaya
3. Nama-nama Raja yang Memerintah
Jayasingawarman (358-382 M)
Jayasingawarman
adalah pendiri Kerajaan Tarumanegara yang memerintah antara 358 – 382. Ia
adalah seorang maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara
karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan
Magada. Ia adalah menantu Raja Dewawarman VIII dan dipusarakan di tepi kali
Gomati (Bekasi).
Pada masa kekuasaannya, pusat pemerintahan beralih
dari Rajatapura ke Tarumangara. RAJATAPURA atau SALAKANEGARA (kota Perak), yang
disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada,
Pandeglang. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja
Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Dharmayawarman (382-395 M)
Dharmayawarman
adalah raja kedua Kerajaan Tarumanagara yang memerintah antara 382 – 395. Ia
adalah anak dari Jayasingawarman. Ia dipusarakan di tepi kali Candrabaga.
Namanya hanya tercantum dalam Naskah Wangsakerta.
Purnawarman (395-434 M)
Purnawarman
(Purnavarmman) adalah raja yang tertera pada beberapa prasasti pada abad V. Ia
menjadi raja di Kerajaan Tarumanegara. Ia mengidentifikasikan dirinya dengan
Wisnu.
Di Naskah Wangsakerta, Purnawarman adalah raja
ketiga Kerajaan Tarumanegara yang memerintah antara 395 – 434. Ia membangun ibu
kota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan
dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja
Purnawarman dalam tahun 397 untuk menyebut ibu kota kerajaan yang didirikannya.
Di naskah Wangsakerta juga disebutkan bahwa di
bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari
Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada, Pandeglang) sampai ke
Purwalingga (sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. [1] Secara tradisional
Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa
Barat pada masa silam.
Wisnuwarman (434-455 M)
Indrawarman (455-515 M)
Candrawarman (515-535 M)
Suryawarman (535-561 M)
Suryawarman
(meninggal 561) ialah raja Kerajaan Tarumanegara yang ketujuh. Setelah ayahnya
Candrawarman yang meninggal pada tahun 535 dan memerintah selama 26 tahun
antara tahun-tahun 535 - 561.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan
politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah
untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke
daerah bagian timur. Pada tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu
Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung
dan Limbangan, Garut.
Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya
di Ibukota Tarumanegara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang
Tarumanegara.
Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang
ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh pada tahun 612 M.
Kertawarman (561-628 M)
Sudhawarman (628-639 M)
Hariwangsawarman (639-640 M)
Nagajayawarman (640-666 M)
Linggawarman (666-669 M)
Dalam Naskah Wangsakerta, Linggawarman adalah raja terakhir
Tarumanegara. Pada tahun 669, Linggawarman digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman memunyai dua orang puteri, yang sulung
bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana
menjadi istri Dapunta Hyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa
menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanegara yang ke-13. Karena pamor
Tarumanegara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan
keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura.
Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanegara
menjadi Kerajaan Sunda.
Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun,
cicit Manikmaya, pendiri Kerajaan Galuh, untuk memisahkan negaranya dari
kekuasaan Tarusbawa
Tarusbawa (669-723 M)
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa
menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanegara yang ke-13. Karena pamor
Tarumanegara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan
keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura.
Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda.
Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk
memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Tarusbawa.
Karena Putera Mahkota Galuh
(SENA or SANNA) berjodoh dengan Sanaha puteri Maharani Sima dari Kerajaan
Kalingga, Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun
menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanegara dipecah dua. Dalam
posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima
tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanegara dipecah menjadi dua
kerajaan, yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai
batas.
4. Silsilah-silsilah Raja Kerajaan Tarumanegara
Sejak berdirinya kerajaan Tarumanegara yang berawal dari abad ke 4
hingga abad ke 7 Masehi, kerajaan Tarumanegara telah dipimpin sebanyak 12 orang
raja yang di antaranya yaitu 1. Raja Jayasingawaraman pada tahun 358 sampai 382
M; 2. Raja Dharmayawarman pada tahun 382 sampai 395 M; 3. Purnawarman pada
tahun 395 sampai 434 M; 4. Raja Wisnuwarman pada tahun 434 sampai 455 M; 5.
Raja Indrawarman pada tahun 455 sampai 515 M; Raja Candrawarman pada tahun 515
sampai 535 M; 6. Raja Suryawarman pada tahun 535 sampai 561 M; 7. Raja
Kertawarman pada tahun 561 sampai 628 M; 8. Raja Sudhawarman pada tahun 628
sampai 639 M; 10. Raja Hariwangsawarman pada tahun 639 sampai 640 M; 11. Raja
Nagajayawarman pada tahun 640 sampai 666 M; 12. Raja Linggawarman pada tahun
666 sampai 669 M.
Raja-raja Kerajaan Tarumanegara
Selama berdirinya Kerajaan
Tarumanegara dari abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi, kerajaan tersebut pernah
dipimpin oleh 12 orang raja, di antaranya:
1.
Jayasingawarman (358-382 M.)
2.
Dharmayawarman (382-395 M.)
3.
Purnawarman (395-434 M.)
4.
Wisnuwarman (434-455 M.)
5.
Indrawarman (455-515 M.)
6.
Candrawarman (515-535 M.)
7.
Suryawarman (535-561 M.)
8.
Kertawarman (561-628 M.)
9.
Sudhawarman (628-639 M.)
10. Hariwangsawarman
(639-640 M.)
11. Nagajayawarman
(640-666 M.)
12. Linggawarman
(666-669 M.)
5.Kepurbakalaan Masa Tarumanegara
Candi Jiwa di situs Percandian Batujaya
No.
|
Nama Situs
|
Artefak
|
Keterangan
|
1
|
Kampung Muara
|
Menhir (3)
|
|
Batu dakon (2)
|
|||
Arca batu tidak berkepala
|
|||
Struktur Batu kali
|
|||
Kuburan (tua)
|
|||
2
|
Ciampea
|
Arca gajah (batu)
|
Rusak berat
|
3
|
Gunung Cibodas
|
Arca
|
Terbuat dari batu kapur
|
3 arca berdiri
|
|||
arca raksasa
|
|||
arca (?)
|
Fragmen
|
||
Arca dewa
|
|||
Arca dwarapala
|
|||
Arca brahma
|
Duduk diatas angsa
(Wahana Hamsa) dilengkapi padmasana |
||
Arca (berdiri)
|
Fragmen kaki dan lapik
|
||
(Kartikeya?)
|
|||
Arca singa (perunggu)
|
Mus.Nas.no.771
|
||
4
|
Tanjung Barat
|
Arca siwa (duduk) perunggu
|
Mus.Nas.no.514a
|
5
|
Tanjungpriok
|
Arca Durga-Kali Batu granit
|
Mus.Nas. no.296a
|
6
|
Tidak diketahui
|
Arca Rajaresi
|
Mus.Nas.no.6363
|
7
|
Cilincing
|
sejumlah besar pecahan
|
settlement pattern
|
8
|
Buni
|
perhiasan emas dalam periuk
|
settlement pattern
|
Tempayan
|
|||
Beliung
|
|||
Logam perunggu
|
|||
Logam besi
|
|||
Gelang kaca
|
|||
Manik-manik batu dan kaca
|
|||
Tulang belulang manusia
|
|||
Sejumlah besar gerabah bentuk wadah
|
|||
9
|
Batujaya(Karawang)
|
Unur (hunyur) sruktur bata
|
Percandian
|
Segaran I
|
|||
Segaran II
|
|||
Segaran III
|
|||
Segaran IV
|
|||
Segaran V
|
|||
Segaran VI
|
|||
Talagajaya I
|
|||
Talagajaya II
|
|||
Talagajaya III
|
|||
Talagajaya IV
|
|||
Talagajaya V
|
|||
Talagajaya VI
|
|||
Talagajaya VII
|
|||
10
|
Cibuaya
|
Arca Wisnu I
|
|
Arca Wisnu II
|
|||
Arca Wisnu III
|
|||
Lmah Duwur Wadon
|
Candi I
|
||
Lmah Duwur Lanang
|
Candi II
|
||
Pipisan batu
|
6. Kejayaan Kerajaan Tarumanegar
Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin
oleh Purnawarman. Dimasa ke pemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanegara
diperluas dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan yang berada di sekitarnya.
Tercatat Luas Kerajaan Tarumanegara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat
sekarang. Selain itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa
undang-undang kerajaan, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah
dinasti Warman. Raja Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak
kepada rakyatnya.
7. Keruntuhan Kerajaan Tarumanagara
Raja
ke-12 Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri. Putri pertamanya
bernama Dewi Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakencana
yang kemudian menjadi istri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan
Sriwijaya. Tangku kepemimpian Kerajaan Tarumanegara pun jatuh pada suami
Manasih yaitu Tarusbawa.
Pada masa ke pemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan
Tarumanagara ke kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan bawahan
Tarumanagara) dan kemudian mengganti Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan
Sunda.
Demikianlah Artikel lengkap yang
berjudul Sejarah
Kerajaan Tarumanegara Beserta Penjelasannya Terlengkap. Semoga dapat bermanfaat bagi Sobat
Edukasi Lovers semuanya. Jika artikel ini
bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan membagikan artikel
ini untuk menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih baik. Jika ada
permintaan, pertanyaan, kritik, maupun saran, silahkan berikan komentar sobat semua
di kolom komentar di bawah ini.
Terima Kasih…
Salam
Edukasi…