![]() |
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Bersifat Asosiatif dan Disosiatif |
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial (Asosiatif dan Disosiatif) Beserta Contoh dan Penjelasannya Terlengkap
Selamat Datang di Web Pendidikan edukasinesia.com
Hallo sobat Edukasi Lovers, senang
sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat membagikan artikel untuk menambah
pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers semua. Artikel yang akan saya
bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial (Asosiatif dan Disosiatif)
Beserta Contoh dan Penjelasannya Terlengkap.
Berikut Pembahasannya
Menurut ahli sosiologi,
yaitu Kimball Young, bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi di masyarakat
dibedakan menjadi tiga (3), yakni sebagai
berikut.
1)
Oposisi,
terdiri atas persaingan, pertentangan, atau pertikaian.
2)
Kerja
sama, yaitu menyangkut tentang akomodasi
3)
Diferensiasi,
yaitu perbedaan hak dan kewajiban dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia,
jenis kelamin, dan pekerjaan.
Menurut Gillin dan
Gillin, macam-macam jenis atau bentuk-bentuk interaksi sosial dikelompokkan
menjadi dua yakni interaksi sosial bersifat asosiatif dan interaksi sosial bersifat disosiatif, berikut penjelasannya.
1.Interaksi Sosial yang Bersifat Asosiatif
![]() |
Interaksi Sosial Bersifat Asosiatif |
Interaksi sosial yang
bersifat asosiatif yaitu proses sosial yang menyebabkan kesatuan dan kerja
sama. Ada beberapa interaksi sosial yang bersifat asosiatif di masyarakat, di
antaranya sebagai berikut.
a. Kerja
Sama (Cooperation)
![]() |
Kerja sama |
Kerja
sama atau cooperation adalah interaksi sosial untuk mencapai tujuan tertentu
melalui proses kerja secara kolektif atau bersama. Kerja sama terdiri jika orang
menyadari adanya kepentingan bersama dan pada saat yang bersamaan untuk
memenuhinya. Berdasarkan pelaksanaannya, ada lima (5) bentuk kerja sama dalam
masyarakat, yaitu sebagai berikut.
1)
Kerukunan
yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong
2)
Bargaining,
yaitu perjanjian pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih
3)
Kooptasi
(cooptation), yaitu penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam masyarakat.
4)
Koalisi
(Coalition), yaitu kerja sama antara dua organisasi atau lebih untuk mencapai
tujuan yang sama.
5)
Joint-venture,
yaitu kerja sama dengan pihak lain dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu,
seperti penambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dan sebagainya.
Selain lima bentuk kerja
sama tersebut dalam masyarakat, juga terdapat proses sosial yang berkaitan
dengan konsep kerja sama, yaitu konsensus atau kesepakatan. Konsensus artinya
suatu persetujuan antara dua pihak atau lebih setelah terjadi pertentangan atau
perbedaan pendapat.
b. Asimilasi
Asimilasi
artinya perpaduan dua atau lebih unsur kebudayaan atau kelompok orang yang
bersifat harmonis. Asimilasi ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan yang terdapat antara orang perorangan, kelompok-kelompok, atau budaya
yang berbeda. Selain itu, asimilasi juga ditandai dengan adanya usaha-usaha
mempertinggi kesatuan tindakan dan proses mental dengan memerhatikan
kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.
Proses asimilasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua faktor,
seperti berikut.
Faktor
pendorong atau yang mempermudah proses asimilasi yakni sebagai berikut.
1)
Adanya
kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
2)
Adanya
sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
3)
Terjadinya
perkawinan campuran (amalgamation)
4)
Adanya
persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
5)
Adanya
musuh yang sama dari luar.
Faktor yang menghambat proses
asimilasi, yaitu sebagai berikut.
1)
Kurangnya
pengetahuan tentang kebudayaan yang ada atau dihadapi.
2)
Adanya
perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan lain.
3)
Adanya
perasaan “superioritas”, yaitu menganggap kebudayaan sendiri lebih tinggi dari
kebudayaan lain.
c. Akomodasi
Akomodasi
merupakan interaksi sosial yang menunjuk suatu keadaan, yaitu terwujudnya
keseimbangan dalam interaksi antara orang per orang atau kelompok-kelompok
manusia dalam kaitannya dengan norma dan nilai sosial yang berlaku di
masyarakat. Akomodasi juga mengandung arti sebagai suatu proses yang menunjuk
pada usaha-usaha manusia untuk meredakan pertentangan untuk mencapai
kestabilan.
Menurut
Gillin dan Gillin, akomodasi adalah sesuatu yang menggambarkan proses dalam
hubungan sosial yang artinya sama dengan adaptasi. Contoh orang per orang atau
kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, kemudian saling
mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.
Akomodasi
juga dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyesuaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.
Menurut Kimball Young dan Richart W. Mark, ada beberapa bentuk
akomodasi sebagai suatu proses, yakni sebagai berikut.
1)
Coercion,
adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan secara paksa. Contoh sistem
perbudakan yang interaksi sosialnya didasarkan pada penguasaan majikan atas
budak-budaknya.
2)
Compromise
(Kompromi), yaitu bentuk akomodasi
dengan masing-masing pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar
tercapai penyelesaian terhadap perselisihan. Contoh antara beberapa partai
politik, karena sadar bahwa kekuatan masing-masing sama kemudian mengadakan
koalisi.
3)
Arbitration
(arbitrasi), yaitu bentuk akomodasi atau kerja sama dengan melibatkan pihak
ketiga yang kedudukannya lebih tinggi. Arbitrasi merupakan cara untuk mencapai
compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapai sendiri,
sehingga perlu mendatangkan pihak ketiga yang kedudukannya lebih tinggi.
4)
Mediation,
yaitu bentuk akomodasi dengan cara mengundang pihak ketiga yang netral, hampir
sama dengan arbitration. Pihak ketiga tersebut tugas utamanya mengusahakan suatu
penyelesaian secara damai. Dalam hal ini pihak ketiga yang diundang tidak harus
berkedudukan lebih tinggi, yang penting
netral.
5)
Conciliation
(konsiliasi), yaitu bentuk akomodasi dengan cara mempertemukan keinginan-keinginan
dari pihak yang berselisih untuk mencapai tujuan bersama. Contoh: panitia tetap
yang khusus menyelesaikan persoalan perburuhan yang terdiri atas wakil-wakil
perusahaan, wakil-wakil buruh, wakil-wakil departemen tenaga kerja. Mereka
bertemu dalam satu meja untuk mencapai konsiliasi yang bisa disetujui atau
diterima oleh semua pihak yang terwakili.
6)
Tolerantion
(Toleransi), yaitu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang bersifat
formal. Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa perencanaan.
7)
Stalemate,
yaitu bentuk akomodasi dengan pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai
kekuatan seimbang berhenti pada titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya. Contoh: terjadi perang dingin antara Amerika Serikat dengan
Rusia di bidang nuklir.
8)
Adjudication,
yaitu bentuk akomodasi yang diselesaikan lewat meja hijau atau pengadilan. Ini
merupakan penyelesaian akhir setelah ditempuh beberapa cara untuk menyelesaikan
pertentangan tetapi tidak berhasil.
d. Akulturasi
Akulturasi
adalah proses bertemu dan berpadunya dua unsur kebudayaan yang berbeda kemudian
membentuk kebudayaan baru. Tetapi dalam proses akulturasi ini kebudayaan baru
yang terbentuk tersebut tidak kehilangan kepribadian kebudayaan lamanya. Contoh
proses akulturasi yaitu bertemunya budaya Islam dan budaya Jawa Kuno dalam
upacara-upacara adat, kedua unsur budaya saling menyatu.
2.Interaksi Sosial atau Proses Sosial yang Bersifat Disosiatif
Interaksi sosial yang
bersifat disosiatif ini disebut juga oposisi, artinya bersifat berlawanan. Oposisi
merupakan cara berjuang untuk melawan kelompok lain (orang lain) untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
Jenis atau bentuk interaksi sosial yang bersifat
disosiatif, antara lain adalah berikut ini.
a. Persaingan
(Competition)
Persaingan
adalah interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan
tujuan untuk mencari keuntungan sendiri atau kelompoknya.
Berdasarkan pelakunya,
persaingan dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut.
1) Persaingan
individual (pribadi) atau persaingan antar individu, yaitu persaingan antar
orang per orang.
2) Persaingan
kelompok, yaitu persaingan yang terjadi antarkelompok individu. Contoh: dua
perusahaan saling bersaing untuk mendapatkan monopoli pasar di suatu daerah
tertentu.
b. Pertentangan
(Conflict)
Pertentangan
atau conflict adalah interaksi sosial dengan setiap individu atau kelompok
berusaha mencapai tujuan masing-masing dengan jalan menentang pihak lawan yang
disertai kekerasan, intimidasi, atau ancaman. Pertentangan atau konflik terjadi
karena adanya beberapa faktor yang memengaruhinya.
Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pertentangan atau konflik, antara lain adalah sebagai
berikut.
1)
Perbedaan
antar individu
2)
Perbedaan
kebudayaan
3) Perbedaan
kepentingan, yang bisa terjadi di bidang ekonomi, politik, dan kekuasaan.
4)
Perubahan
sosial yang berlangsung cepat.
Pertentangan sebagai
salah satu proses sosial tentu saja akan menimbulkan akibat-akibat
tertentu.
Akibat-akibat tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1) Hancur
atau hilangnya harta benda atau kekayaan bahkan menyebabkan jatuhnya korban
jiwa manusia (jika terjadi perang antarkelompok).
2) Terjadi
dominasi dan takluknya salah satu pihak yang saling bertentangan. Hal ini
terjadi jika kekuatan tidak seimbang.
3) Jika
pertentangan terjadi dalam kelompok (intern) akan menyebabkan retaknya
persatuan dan kesatuan kelompok.
4) Bertambah
kuatnya solidaritas kelompok, yaitu munculnya sikap rela berkorban demi
keutuhan kelompok.
5)
Terjadinya
perubahan kepribadian para individu, dan sebagainya.
c. Kontravensi
Kontravensi
merupakan bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan. Kontravensi ini ditandai dengan gejala-gejala adanya
ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan.
Kontravensi
bentuk yang murni adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau
terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap sembunyi tersebut
dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau
pertikaian.
Demikianlah Artikel lengkap yang
berjudul Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial (Asosiatif dan Disosiatif) Beserta Contoh
dan Penjelasannya Terlengkap. Semoga
dapat bermanfaat bagi Sobat Edukasi Lovers
semuanya. Jika artikel ini bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk
mengelike dan membagikan artikel ini untuk menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini
menjadi lebih baik. Jika ada permintaan, pertanyaan, kritik, maupun saran, silahkan
berikan komentar sobat semua di kolom komentar di bawah ini.
Terima Kasih…
Salam Edukasi…