Contoh Penerapan Sosiologi dalam Kehidupan Bermasyarakat,Berbangsa, dan Bernegara Beserta Penjelasannya Terlengkap


Contoh Penerapan Sosiologi dalam Kehidupan Bermasyarakat,Berbangsa, dan Bernegara  Beserta Penjelasannya Terlengkap
Gambar Ilustrasi

Contoh Penerapan Sosiologi dalam Kehidupan Bermasyarakat,Berbangsa, dan Bernegara  Beserta Penjelasannya Terlengkap


Selamat Datang di Web Pendidikan edukasinesia.com

Hallo sobat Edukasi Lovers, senang sekali rasanya pada kesempatan kali ini saya dapat membagikan artikel untuk menambah pengetahuan dan wawasan sobat Edukasi Lovers semua. Artikel yang akan saya bagikan pada kesempatan kali ini berjudul Contoh Penerapan Sosiologi dalam Kehidupan Bermasyarakat,Berbangsa, dan Bernegara  Beserta Penjelasannya Terlengkap



Berikut Pembahasannya

Dari sudut penerapannya, ilmu pengetahuan dibedakan menjadi dua, yaitu ilmu pengetahuan murni dan terapan. Ilmu pengetahuan murni bertujuan membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, yaitu untuk mempertinggi mutunya. Ilmu pengetahuan terapan bertujuan untuk menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut di dalam masyarakat dengan maksud untuk membantu masyarakat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. 

Sosiologi sebagai ilmu memiliki peran sebagai ilmu yang bertugas untuk mengembangkan ilmu sosiologi dan pengetahuan sosiologi secara abstrak yang dapat mempertinggi mutunya. Selain itu, sosiologi berperan sebagai ilmu terapan, yaitu menerapkan berbagai konsep sosiologi untuk membantu masyarakat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. 

Di antara sekian banyak aspek yang dapat menggunakan konsep sosiologi untuk mengatasinya, antara lain adalah sebagai berikut.

1.    Sosiologi untuk Studi Pertanian

Menurut Soemaatmadja, pertanian merupakan dasar kehidupan ekonomi manusia. Pertanian masih tetap menjadi sumber penghasil bahan makanan bagi manusia. Sebelum manusia dapat mengembangkan sektor kehidupan ekonomi yang lain, pertanianlah yang menjamin kehidupan manusia. Selain menjadi sumber daya bahan makanan utama, pertanian juga menyumbangkan potensi lain, baik sebagai bahan perdagangan maupun sebagai bahan industri. 

Berdasarkan tinjauan sosiologi, pertanian sebagai suatu sistem merupakan hasil perpaduan dinamis dan harmonis antara unsur fisik dan unsur manusia. Unsur fisik meliputi komponen tanah, iklim, dan air, dengan segala prosesnya. Unsur manusia termasuk tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, kemampuan ekonomi, kondisi politik setempat, dan lain sebagainya. 

Hasil dari berbagai kajian sosiologi yang berkaitan dengan unsur-unsur tersebut akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Oleh karena itu, sosiologi sangat dibutuhkan oleh pemerintah ataupun pihak lain yang ingin mengembangkan sektor pertanian. 

Tanpa melalui kajian sosiologi, maka akan muncul berbagai masalah, misalnya penerapan teknologi berupa mesin-mesin pertanian, bibit unggul, dan pupuk belum tentu diterima begitu saja oleh petani di suatu daerah. Sosiologi berperan sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat sehingga dapat mengurangi resiko penolakan dan teknologi tersebut diterima oleh masyarakat.

2.    Sosiologi untuk Industri

Sosiologi memandang industri sebagai sistem yang merupakan perpaduan dari unsur fisik yang meliputi komponen lahan, bahan mentah atau bahan baku, sumber energi, dan iklim dengan segala proses alamiahnya dengan unsur manusia terdiri atas komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, politik, pemerintahan, transportasi dan komunikasi, serta konsumen dan pasar. 

Menurut Soemaatmadja, perkembangan industri merupakan perkembangan kehidupan lebih lanjut dari cara manusia memenuhi kebutuhan materi. Dalam proses pengembangan industri diperlukan teknologi yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang disebut dengan teknologi adaptif yang memiliki syarat sebagai berikut.

a.    Sesuai dan serasi dengan wilayah yang dikembangkan sektor industrinya sehingga tidak menimbulkan berbagai masalah, seperti pencemaran, erosi, kekurangan air, kekeringan, dan sebagainya.

b.    Sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat setempat. Pengembangan industri jangan sampai mematikan sistem ekonomi masyarakat setempat, tetapi justru sebaliknya harus mampu menjadi faktor pendorong bagi sistem ekonomi masyarakat setempat.

c.    Sesuai dengan kondisi demografi masyarakat setempat. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan industri tersebut tidak menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu, industri yang didirikan di daerah padat harus menggunakan industri padat karya, begitu juga sebaliknya jika dikembangkan di daerah yang jarak penduduknya harus menggunakan sistem padat modal.

d.    Dapat memberikan lapangan usaha dan lapangan kerja bagi penduduk setempat.

Peran sosiologi dalam pengembangan industri adalah memberikan masukan kepada para penentu kebijakan berkaitan dengan aspek sosiologis. Misalnya, perkiraan daya serap tenaga kerja, kemungkinan terjadinya pengangguran baru, konflik sosial yang timbul akibat pembangunan pabrik, proses munculnya masalah-masalah sosial karena kemiskinan dan kepadatan penduduk, kejahatan, pencurian, dan sebagainya. Jika dalam proses perencanaan industri tersebut tidak melakukan kajian sosiologi, maka dapat dipastikan akan muncul ledakan-ledakan masalah sosial dalam masyarakat.

3.    Sosiologi untuk Pemukiman

Permukiman merupakan bagian permukaan bumi yang dihuni oleh manusia dengan segala sarana dan prasarannya yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan. Masalah yang berkaitan dengan permukiman tidak dapat dipecahkan dengan tuntas mengingat pertumbuhan penduduk yang terus bertambah.

Faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan permukiman antara lain adalah sebagai berikut.

a.    Faktor fisik yang meliputi tanah, keadaan hidrologi, iklim, morfologi, dan sumber daya lainnya.

b.    Faktor sosial budaya berkaitan dengan karakteristik demografi (penduduk), tradisi setempat, daya seni, kemampuan teknologi dan pengetahuan penduduk berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya setempat.

c.    Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan permukiman penduduk adalah harga tanah dan kemampuan daya beli penduduk setempat (Soemaatmadja, 1988).

Secara garis besar, permukiman penduduk dapat dibedakan menjadi permukiman di pedesaan dan di perkotaan.

1)    Permukiman di daerah Pedesaan

Daerah pedesaan umumnya identik dengan pertanian. Pola permukiman sangat dipengaruhi oleh pertanian. Permukiman yang padat cenderung berkembang di daerah yang subur tanahnya. Untuk menjaga keseimbangan  kelestarian antara permukiman dengan lingkungan diperlukan perencanaan yang matang. Efektivitas dan efisiensi penggunaan lahan harus diterapkan secara seimbang untuk menghindari ketimpangan fisik, sosial, dan ekonomi di masa mendatang. 

Kini muncul kecenderungan banyak orang membeli tanah di desa, bahkan tinggal di sana yang menyebabkan harga tanah di beberapa kawasan pinggiran meningkat tajam dan muncul ketimpangan sosial baru antara penduduk asli desa dan para pendatang.

Kajian sosiologi diperlukan untuk melihat dampak yang ditimbulkan dari berbagai kebijakan atau program yang tidak direncanakan dengan matang. Setiap program penggunaan lahan di desa maupun di daerah perkotaan, harus melalui kajian sosial budaya. Bagaimana daya beli masyarakat, bagaimana budaya atau adat istiadatnya, dan sebagainya sehingga kemungkinan terjadinya konflik atau masalah sosial dapat direduksi.

2)    Permukiman di daerah Perkotaan

Kondisi permukiman di daerah perkotaan lebih kompleks daripada di daerah pedesaan. Penduduk daerah perkotaan sangat beraneka ragam, baik yang menyangkut jenis pekerjaan dengan pendapatannya maupun tentang pendidikan dan kondisi sosial budaya lainnya. Tempat yang dihuni penduduk di daerah perkotaan juga sangat bervariasi, mulai dari gedung mewah sampai gubuk liar di pinggir jalan, pinggir sungai, maupun kolong jembatan. 

Secara umum, daerah  kumuh di daerah perkotaan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu slum area dan squatter area. Slum area (daerah kumuh di lahan legal) adalah suatu daerah yang memiliki permukiman atau perumahan yang berada di lahan milik pribadi yang tidak memenuhi prasyarat lingkungan yang sehat. Sementara itu, squatter area (daerah kumuh di lahan ilegal) adalah suatu permukiman kumuh yang berada di lahan ilegal atau milik umum atau pemerintah. Permukiman ini biasanya berada di sepanjang bantaran sungai, pinggir rel kereta api, tanah milik negara, di bawah jembatan, dan sebagainya. 

Dalam persaingan menggunakan ruang, daerah permukiman penduduk yang lemah tingkat ekonominya cenderung selalu terdesak oleh perluasan kawasan industri, pelebaran jalan, perluasan instalasi listrik, air bersih, wilayah perkantoran, pertokoan, dan sebagainya. Begitu pula dalam pembebasan tanah untuk berbagai kepentingan pembangunan, rakyat selalu ada di pihak yang kurang menguntungkan. 

Oleh karena itu, kajian sosiologi sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi berbagai masalah sosial yang timbul dari penggunaan ruang tadi. Saat ini ada penerapan AMDAL sosial, yaitu kajian dampak lingkungan dari pembangunan yang merupakan syarat sehingga sekecil apapun dampak yang timbul dari proyek pembangunan akan terlebih dahulu diantisipasi (Soemaatmadja, 1988).

4.    Sosiologi Untuk Pembangunan Sarana Transportasi

Kemajuan dan penerapan teknologi, khususnya di bidang transportasi dan komunikasi telah memperpendek jarak. Daerah yang semula terpencil menjadi daerah sentral. Daerah yang berpotensi tinggi dikembangkan menjadi daerah produktif. Pembangunan sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi ini tentu saja membawa dampak yang sangat besar bagi penduduk di sekitar wilayah tersebut. 

Sosiologi sebagai ilmu terapan bermanfaat dalam pembangunan sarana transportasi. Tanpa melalui kajian sosiologi besar kemungkinan akan muncul berbagai masalah sosial, misalnya kerawanan sosial, kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin, pola hidup konsumerisme, polusi, dan sebagainya.

5.    Sosiologi untuk Pembangunan Kependudukan

Dewasa ini masalah kependudukan bukan hanya merupakan masalah lokal ataupun regional melainkan telah menjadi masalah internasional. Pada tahun 1974, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan “Tahun Kependudukan Dunia ”Masalah kependudukan dunia menurut David L. Sill memiliki lima masalah dasar, yaitu perdamaian, purbasangka, pertambahan jumlah penduduk, kemiskinan, dan pencemaran. Studi kependudukan yang berkenaan dengan segala aspek kependudukan tidak dapat dilepaskan dari peran ilmu sosial termasuk sosiologi. 

Oleh karena itu, sosiologi sangat berperan dalam mengatasi permasalahan kependudukan tersebut. Berbagai aspek mulai dari karakteristik kepribadian suatu daerah, interaksi, dan komunikasi sosial antara daerah satu dengan daerah yang lain perlu mendapat perhatian. Misalnya, pada saat Indonesia akan menerapkan program KB (Keluarga Berencana), terlebih dahulu dilakukan studi sosiologi untuk mengetahui karakteristik masyarakatnya sehingga program tersebut dapat berhasil.


6.    Sosiologi untuk Pembangunan Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan yang mengancam umat manusia sebagian besar disebabkan oleh manusia itu sendiri. Kemiskinan, keterbelakangan, keserakahan, dan penerapan teknologi yang tidak tepat merupakan bagian dari sebab terjadinya masalah lingkungan. Ketidakmampuan manusia mengatur keseimbangan antara kebutuhan hidupnya dengan kemampuan lingkungan itulah yang menimbulkan masalah lingkungan yang mengancam kehidupannya.

Oleh karena itu, kajian tentang manusia sangat diperlukan dan sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan aspek kemasyarakatan. Sosiologi sangat penting peranannya dalam menyadarkan manusia bahwa manusia yang tidak memelihara keseimbangan kehidupan dengan lingkungannya akan menimbulkan masalah yang pada akhirnya akan mengancam kehidupan manusia juga. Program pembangunan yang akan menimbulkan dampak lingkungan harus disertai dengan AMDAL yang di dalamnya terdapat kajian sosiologi. Misalnya, pembangunan pabrik, landasan pesawat terbang, dan lain  sebagainya.

7.    Sosiologi untuk Pemecahan Masalah Sosial

Berbagai usaha telah dilakukan manusia untuk mengatasi masalah sosial, seperti masalah pengangguran, kemiskinan, dan lain sebagainya. Beragam analisa dan metode telah diterapkan. Namun, semuanya tidak membawa hasil yang memuaskan. Metode yang preventif jelas lebih sulit dilaksanakan karena harus didasarkan pada penelitian yang mendalam terhadap sebab-sebab terjadinya masalah sosial. Metode represif lebih banyak digunakan. 

Artinya, setelah suatu gejala dapat dipastikan sebagai masalah sosial, baru diambil tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi masalah sosial tidak hanya melihat aspek sosiologis, tetapi juga aspek lainnya. Diperlukan suatu kerja sama antara berbagai ilmu pengetahuan kemasyarakatan untuk memecahkan masalah sosial yang dihadapi secara interdisipliner. Misalnya, program pengentasan kemiskinan yang digalakkan pemerintah.

8.    Sosiologi untuk Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat yang sedang mengalami perubahan atau perkembangan. Walaupun demikian, perencanaan sosial sebenarnya sudah ada sejak dulu dan telah dipikirkan oleh para sosiolog. Suatu perencanaan sosial dalam konteks sosiologis harus didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana kebudayaan berkembang dari taraf yang rendah ke taraf yang modern dan kompleks. 

Selain itu, harus melihat hubungan manusia dengan alam sekitarnya, hubungan antara golongan-golongan dalam masyarakat, dan pengaruh penemuan baru terhadap masyarakat dan kebudayaan. Misalnya, program pemerintah untuk mengurangi tingkat pengangguran. Perencanaan sosial dari sudut pandang sosiologi merupakan alat untuk mengetahui perkembangan sosial yaitu dengan menguasai serta memanfaatkan kekuatan alam dan menciptakan tata tertib sosial. Contoh konkret dari perencanaan sosial adalah pada saat proyek pembangunan akan dimulai, diperlukan suatu analisa mengenai dampak sosial dari proyek tersebut sehingga dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan permasalahan sosial yang berarti. Di sinilah peran sosiologi dalam perencanaan sosial yang sangat besar.

Demikianlah Artikel lengkap yang berjudul Contoh Penerapan Sosiologi dalam Kehidupan Bermasyarakat,Berbangsa, dan Bernegara  Beserta Penjelasannya Terlengkap. Semoga dapat bermanfaat bagi Sobat Edukasi Lovers  semuanya. Jika artikel ini bermanfaat sudi kiranya bagi sobat semua untuk mengelike dan membagikan artikel ini untuk menjaga kelangsungan web pendidikan edukasinesia.com ini menjadi lebih baik. Jika ada permintaan, pertanyaan, kritik, maupun saran, silahkan berikan komentar sobat semua di kolom komentar di bawah ini.

Terima Kasih…
Salam Edukasi…